Teaching Industri Kakao Menjadi Ikon Baru Kabupaten Batang

Senin 11-02-2019,16:16 WIB

Menperin, Menristek dan Bupati Wihaji saat melihat hasil produksi PPKIPKT. (dok istimewa)

BATANG - Pabrik Kakao yang menjadi Pusat Pengembangan Kompetensi Industri Pengolahan Kakao Terpadu (PPKIPKT) di Desa Wonokerso Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang akhirnya diresmikan Senin (11/2).

Teaching Industri tersebut diresmikan oleh Mentri Perindustrian Airlangga Hartarto yang didampingi Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir.

Hadirnya pabrik Kakao di Kabupaten Batang hasil kerjasama antara Kementerian Perindustrian, UGM dan Pemkab Batang ini, digadang-gadang menjadi ikon baru Kabupaten Batang.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat meresmikan mengatakan, berdirinya PPKIPKT sebagai meningkatkan produksi komuditas kakao yang memiliki peluang ekpsor besar, karena pemintaan pasar juga besar. Oleh karena itu, Indonesia sebagai penghasil kakao nomor tiga di dunia harus menjadi produsen, tidak hanya supplier tetapi memiliki produk akhir.

"Di Indonesia pengolahan kakao untuk ekspor, dari bahan baku sampai barang jadi, semua diekspor. Saat ini yang paling penting adalah meningkatkan di bagian produksi," kata Airlangga.

Menristekdikti Mohammad Nasir, mengatakan tugas pengembangan kakao di Kementriannya adalah urusan dihulunya, yaitu harus menyediakan bibit berkualitas. Pengembangan bibit ini penting karena bisa menghasilkan kakao terbaik.

Dijelaskan Nasir, kebun kakao di Batang dengan lahan seluas 1 Hektar ternyata hanya menghasilkan 1 ton biji kakao. Angka tersebut perlu ditingkatkan karena jika dibandingkan dengan Vietnam masih kalah jauh, di sana 1 hektar sudah menghasilkan 4 ton.

"Masih menjadi PR kita, solusinya perlu kolaborasi antara Pemerintah, industri dan masyarakat, agar permasalahan ini bisa diselesaikan," ujar M Nasir.

Sementara itu, Bupati Wihaji mengatakan PPKIPKT menenjadi ikon baru di Kabupaten Batang,. Mengingat PPKIPKT karena tidak hanya untuk industri, melainkan juga bisa dimanfaatkan untuk destinasi wisata.

"Saya meminta pihak pabrik untuk bisa membina desa sekitar pabrik agar menjadi kampung coklat. Biar sejalan dengan program kami dalam menciptakan 1.000 wirausaha baru, dengan slogan one village one product atau satu desa satu produk usaha," harap Wihaji.

PPKIPKT juga diharapkan bisa menjadi salah satu penyumbang percepatan pembangunan daerah, bidang investasi, wisata dan Indek Pembangunan Manusia (IPM).

"Ini sesuai intruksi Presiden terkait percepatan daerah melalui investasi dan pariwisata dan saya yakin Pabrik Kakao yang dikelola UGM pasti bisa," tuturnya.

Sementara General Manager (GM) PPKIPKT, Nur Muhib mengatakan pabrik Kakao diproyeksikan tahun ini bisa mengolah sejumlah 300 sampai 350 ton biji kakao perbulan. Kemudian tahun berikutnya akan dinaikan menjadi 400 ton perbulan.

"Pangsa pasar yang kami bidik adalah pasar ekspor ke Negara di Amerika Barat, Amerika Timur, dan Eropa," ujar Nur Muhib.

Tags :
Kategori :

Terkait