BACA JUGA:Jejak Sejarah Wali di Pekalongan, Inilah 3 Makam Wali Besar di Makam Sapuro
Habib Luthfi juga menjelaskan bahwa penamaan ratib kubro bukan tanpa sebab, dinamai kubro karena tawasul dalam ratib tersebut banyak yang ditujukan pada wali-wali besar yang pangkatnya Quthbul Aqtab.
Nasehat Habib Luthfi
Selain menjelaskan tentang ratib kubro, Habib Luthfi juga memberikan petuah terkait pembacaan ratib yang baik, beliau menganjurkan agar jamaah bisa membaca ratib disertai dengan adab.
Nasehat Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan untuk para pembaca ratib ini sangat penting untuk diamalkan.
BACA JUGA:Kisah Teladan Habib Hasyim bin Yahya Pekalongan, Kakek Habib Luthfi bin Yahya
Beliau menekankan agar para pembaca ratib tidak membanding-bandingkan satu ratib dengan ratib yang lainnya. Sebab hal itu sama sekali bukan sesuatu yang diharapkan para penyusun ratib.
Sekaligus akan menjadi bahaya bagi kerukunan umat, jika diteruskan hal tersebut dapat memecah belah karena merasa bangga dengan ratib yang ia baca dan meremehkan ratib yang dibaca orang lain.
Habib Luthfi juga menjelaskan bahwa keberadaan ratib-ratib ini saling mengisi satu sama lain, kita tidak diperbolehkan mengukur ketinggian suatu ratib dengan merendahkan ratib yang lainnya.
Dalam majelis itu Habib Luthfi juga memberikan ijazah untuk membaca ratib kubro pada hari Jum'at, tepatnya saat setelah maghrib atau setelah subuh. Nah di hari-hari lainnya beliau menganjurkan untuk membaca ratib-ratib secara bergantian.
BACA JUGA:Habib Ahmad bin Abdullah Al-Athas Pekalongan: Ulama Besar yang Istiqamah dan Zuhud
Itulah sekelumit tentang ratib kubro, sekaligus nasehat Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan untuk para pembaca ratib. Semoga bermanfaat.(*)