BATANG - Di tengah pandemi Covid-19, angka stunting Batang tahun 2020 ikut melonjak. Hingga Agustus ini, ada sekitar 1.050 kasus stunting yang tercacat. Jumlah ini naik sekitar 23 kasus dibandingkan tahun 2019 lalu, yang mencapai 1.027 kasus. Padahal, tahun 2020 masih menyisakan 4 bulan lagi.
"Kami sudah berupaya melakukan serangkaian cara untuk mencegah kenaikkan angka stunting. Namun meski memang bukan faktor utama, di masa pandemi ini ada kenaikkan angka stunting, walaupun kenaikkannya sedikit, dari 1.027 ke 1.050," terang Kepala Dinkes Batang, dr Muchlasin, saat diwawancarai Kamis (27/8/2020) kemarin.
Melalui Kabid Kesmas Dinkes Batang, Sri Eprileni menjelaskan, memang di beberapa daerah zona merah kegiatan posyandu sementara dinonaktifkan. Sementara untuk desa yang berada di zona hijau dianjurkan untuk melaksanakan kegiatan posyandu sesuai dengan protokol kesehatan.
"Di masa pandemi pelaksanaan posyandu harus memperhatikan status kondisi desa terhadap covid. Desa yang statusnya hijau lebih dianjurkan untuk pelaksanaan posyandu. Pelaksanaannya pun harus sesuai dengan protocol kesehatan," jelasnya.
Ditambahkan, tempat pelaksanaan posyandu diusahakan di tempat terbuka. Selain itu sebelum pelaksanaan, tempat dibersihkan dulu dengan disinfektan, dan menyediakan sarana cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir. Serta memperhatikan jarak antar meja pelayanan minimal 1,5 meter.
"Kader posyandu memakai masker balita maupun pengantar harus memakai masker, namun untuk balita kondisional. Jika dimungkinkan dilakukan penjadwalan penimbangan agar tidak terjadi kerumunan, dan lainnya," imbuh Eprileni.
Untuk mencegah stunting, Dinkes berharap orang tua lebih proaktif. Apalagi jika di desanya belum dilaksanakan posyandu. Orang tua balita harus memantau pertumbuhan balita secara mandiri dan memastikan asupan gizi seimbang untuk balita.
"Kalau balita yang bermasalah, dari Puskesmas juga ada kunjungan dan pantauan, serta diberikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan. Kami juga menganjurkan pemberian ASI Eksklusif untuk bayi 0 - 6 bulan," jelasnya.
Ditambahkan, untuk mengurangi kasus kelahiran bayi stunting, pihaknya juga terus memberikan edukasi ke ibu hamil. Untuk ibu hamil yang Kekurangan Energi Kronis (KEK) juga dipantau Puskesmas dan diberikan PMT Bumil.
"Untuk ibu hamil kami juga sudah instruksikan bidan desa dan puskesmas untuk aktif memantau kondisinya. Apalagi jika kondisinya KEK. Kami juga siapkan tambahan PMT agar kondisinya menjadi baik dan bayi yang dikandungnya bisa lahir normal, terhindar dari resiko stunting," pungkasnya. (nov)