PEKALONGAN, RADARPEKALONGAN.CO.ID – Seorang marbot (pengurus musala) di Desa Samborejo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan, menjadi korban penyiraman air keras oleh orang tak dikenal.
Peristiwa ini terjadi pada Selasa dini hari, 5 November 2024, menjelang waktu salat Subuh.
Korban, Hartoyo (56), yang setiap hari bertugas mengumandangkan azan Subuh di Musala Baiturrahman, Desa Samborejo, menceritakan kejadian tersebut.
"Saat saya baru keluar rumah menuju musholla, tiba-tiba ada orang menyiramkan sesuatu ke tubuh saya. Rasanya seperti terbakar," ungkapnya saat ditemui wartawan di rumahnya.
BACA JUGA:Dilatari Dendam, Menantu Siramkan Air Keras ke Mertua dan Adik Ipar di Pekalongan
BACA JUGA:Sakit Hati, Seorang Suami di Pekalongan Tega Siramkan Air Keras ke Istri
Hartoyo, yang bekerja sebagai buruh jahit, mengatakan sempat ingin melawan, namun pelaku yang mengenakan penutup wajah segera mengambil batu.
Melihat hal itu, Hartoyo ketakutan, sehingga dirinya refleks melarikan diri sambil berteriak meminta pertolongan.
Sayangnya, teriakan tersebut tidak terdengar oleh tetangga karena kejadian berlangsung sekitar pukul 03.30 WIB, saat suasana masih sepi.
Akibat serangan tersebut, bagian tubuh Hartoyo yang terkena air keras adalah lengan kanan yang hampir seluruhnya melepuh, sebagian perut, paha belakang, dan kedua kaki bagian bawah yang terkena percikan.
"Alhamdulillah, air keras tidak mengenai wajah atau bagian vital saya, karena serangan dilakukan dari belakang," katanya bersyukur.
Hartoyo mengaku tidak memiliki musuh atau masalah dengan siapa pun. Aktivitas hariannya hanya bekerja menjahit di rumah dan beribadah di musholla terdekat.
Ia juga tidak mengenali pelaku, namun dari ciri-ciri yang diingatnya, pelaku tampak masih muda, mengenakan jaket gelap dengan tudung menutupi kepala serta penutup wajah, dan memakai celana jeans.
"Saya heran, orang ini sepertinya tahu kebiasaan saya datang lebih awal ke musholla. Ia menunggu di jam sepagi itu dan langsung menyerang saat saya baru berjalan sekitar 10 meter dari rumah," jelas Hartoyo yang masih bingung mengenai motif penyerangan.