5 Bulan, Ada 29 Kasus HIV/Aids

Selasa 19-07-2022,11:20 WIB

**Dipicu Seks Bebas dan LGBT

KAJEN - Selama kurun bulan Januari - Mei 2022, temuan kasus baru HIV/Aids di Kabupaten Pekalongan ada 29 kasus. Faktor pemicu penyakit ini di Kota Santri masih didominasi akibat seks bebas dan LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender).

Kasus HIV/Aids sendiri ibarat gunung es. Di lapangan diperkirakan masih ada yang belum ditemukan. Untuk itu, agar kasus penyebaran bisa ditekan, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pekalongan lebih banyak turun ke lapangan untuk melakukan tes HIV atau VCT (Voluntary Counseling and Testing) terhadap populasi risiko. Seperti komunitas PL (pendamping lagu) dan LSL (laki-laki suka laki-laki).

Programer HIV/Aids Dinkes Kabupaten Pekalongan, Didin S, kemarin, menerangkan, selama Januari - Mei 2022 atau lima bulan di tahun ini ada 29 temuan baru HIV/Aids di Kabupaten Pekalongan. Puluhan kasus baru ini ditemukan dari 9128 orang yang diperiksa Dinkes. Dengan rincian, di bulan Januari dari 2173 orang diperiksa ditemukan 10 orang positif HIV, dan di bulan Februari ada temuan 4 kasus baru dari 2042 orang yang diperiksa. Di bulan Maret, dari 2001 orang diperiksa, ada 3 orang yang positif. Selanjutnya ada 9 temuan baru di bulan April. Itu dari 1749 orang yang diperiksa. Sedangkan di bulan Mei 2022, ada 3 kasus baru, dari 1163 orang diperiksa.

Temuan kasus HIV/Aids di RSUD Kraton, Puskesmas Kesesi 1, Puskesmas Karanganyar, Puskesmas Doro 1, Puskesmas Kedungwuni 1, dan Puskesmas Bojong 2.

"Dari temuan itu, sebagian besar berjenis kelamin laki-laki. Perempuan ada 10, dan laki-lakinya 19," terang dia.

Sebagian besar mereka yang positif HIV/Aids berusia produktif. Usia 20-24 tahun ada 1 orang, usia 25-49 tahun ada 26 orang, dan usia di atas 50 tahun ada 2 orang. Faktor risiko penularan sebagian besar akibat heteroseksual (berganti-ganti pasangan/seks bebas) ada 25 orang, dan 4 orang akibat homoseksual (penyuka sesama jenis).

Subkoordinator P2PTM Dan PM Dinkes, Sudaryanto, menyampaikan, semua orang yang positif HIV/Aids sudah ditatalaksana sesuai pedoman. Sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai wiraswasta dan ibu rumah tangga. Faktor risiko utama akibat seks bebas dan hubungan sesama jenis.

"Bapak-bapak yang biasa tugas luar, kangen, golek tombo neng kono, mudah-mudahan semakin sadar bahwa itu salah. Ini edukasi yang harus dilakukan semua pihak," kata dia.

"Untuk LGBT secara teori memang faktor risiko tinggi juga. Pembuangan kotoran digunakan untuk itu kan berisiko tinggi. Fakfor pemicunya di sini masih didominasi fakfor seks bebas," ungkap dia.

Dikatakan, untuk VCT terbaru belum ada temuan kasus baru. Dinkes memang rutin melakukan VCT. Lakukan pemeriksaan ke lapangan terhadap PL dan LSL.

"Alhamdulillah kemarin yang kita lakukan VCT itu zero. Tidak ada penambahan kasus baru lagi," katanya.

Dinkes mencoba lebih menggiatkan di tes HIV. Agar bisa menemukan kasus lebih dini, dengan cara langsung mendatangi ke faktor risiko. "Populasi-populasi kunci ini lebih coba kita dekati, untuk kemudian kita lakukan pemeriksaan. Mudah-mudahan ini bisa mengendalikan penyebarannya. Mudah-mudahan ini upaya kami bisa berbuah seperti itu. Bisa menemukan kasus sedini mungkin, sehingga tidak bertambah parah," tandasnya. (had)

Tags :
Kategori :

Terkait