PEKALONGAN, RADARPEKALONGAN.CO.ID- Sebagai institusi pendidikan Tinggi, Universitas Pekalongan menaruh perhatian lebih pada isu kesehatan lingkungan khususnya mengenai darurat sampah di Kota Pekalongan. Dalam satu bulan ini, kondisi darurat sampah menyebabkan kebersihan lingkungan sangat memprihatinkan. Ditutupnya lokasi TPA Degayu memperparah penumpukan sampah pada titik - titik jalan di Kota Pekalongan, tentunya berpengaruh pada kebersihan, keindahan, dan kesehatan. Dilihat dari peran para pihak, pemerintah telah mengupayakan dengan mengoptimalkan TPST dan TPS 3R meski bukan solusi permanen dan membutuhkan kolaborasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup guna penanganan jangka panjang.
Lantas apa yang perlu kita pikirkan sebagai masyarakat? Kebersihan dalam konsep agama adalah sebagian dari iman. Peduli kepada kebersihan merupakan wujud kesalehan sosial dan transendensi Ilahiyah jika diniatkan ibadah. Kesadaran kebersihan dibentuk dari motivasi kuat oleh lingkungan terkecil yaitu keluarga, baru kemudian lingkungan komunitas seperti di RT, RW, dan kelurahan. Mayoritas sampah di TPA berasal dari sampah rumah tangga jenis sampah yang dihasilkan dari kegiatan sehari-hari di dalam rumah tangga, seperti sisa makanan, kertas, plastik, logam, kain, dan barang-barang bekas lainnya. Meskipun tidak berbahaya, tetapi penanganan yang tidak cepat, dapat menjadi pencemaran lingkungan yang signifikan.
Permasalahan sampah di Kota Pekalongan tidak hanya menjadi concern pemerintah sebagai mandat yang memimpin dan bertanggungjawab atas kondisi darurat sampah; ada lingkungan agama, lingkungan pendidikan, lingkungan bisnis, lingkungan pekerja, dan lingkungan wisata. Lingkungan agama jelas perlu memfungsikan sebagai penggerak moral dalam menciptakan kesadaran masyarakat berkelanjutan, tempat ibadah maupun pendidikan agama seperti TPQ bisa menjadi sasaran gerakan moral untuk saling mengingatkan. Lingkungan pendidikan memegang peranan penting, karena harus memerankan sebagai kekuatan moral baru, bagi para peserta didik/ mahasiswa untuk menjadi agen percontohan bagi keluarga dan masyarakat. Kebersihan lingkungan bisnis seperti supermarket, pasar, sentra industri berperan penting dalam mengurangi volume sampah konsumtif maupun limbah. pengendalian tata kelola sampah dilingkungan bisnis harus diperhatikan pengelola. Pun dengan pengelolaan kebersihan lingkungan wisata, edukasi terhadap pedagang dan pengunjung harus digalakkan melalui himbauan, kampanye yang bersifat informatif, hingga denda terhadap pelaku pelanggar kebersihan.
Sebagai langkah solutif, kolaborasi kuat dalam tata kelola sampah perlu diurai konsepnya secara komprehensif. Sebagai contoh, aspek input yaitu manusia, meliputi pemerintah dan masyarakat perlu pemahaman yang baik cara memperlakukan sampah. Pemerintah harus membuat solusi permanen jangka panjang berkelanjutan, sampah tidak hanya ditimbun, melainkan perlu inovasi tata kelola. Masyarakat ditingkatkan kembali kesadarannya secara edukatif dalam memilah sampah. Aspek proses yaitu program pengelolaan sampah di TPA, TPST, dan TPS 3R harus dijamin quality control nya secara ketat berstandar tinggi. Aspek output; yaitu keterjaminan kebersihan lingkungan, dan keamanan dari limbah berbahaya di Kota Pekalongan benar-benar dirasakan masyarakat. Aspek outcome, yaitu sampah yang dikelola dapat menghasilkan produk dan nilai guna praktis, khususnya pada sampah yang dapat didaur ulang.
Apakah akan tercipta jika hanya salah satu pihak saja yang aktif ? jawabannya tentu tidak, Kota Pekalongan adalah rumah bersama, kota kreatif dengan masyarakat kreatif. Ayo bersama membangun Kota Pekalongan, yang sehat, bersih, dan sejahtera.
Oleh Dr Andi Kushermanto, SE.MM
(Rektor Universitas Pekalongan)