*Usia Teknis dan Teknologi Sudah Usang
KOTA - 90 persen dari total 41 sumur milik Perumda Tirtayasa atau PDAM Kota Pekalongan sudah dalam kondisi usang secara usia teknis maupun teknologi. Untuk itu diperlukan upgrading atau revitalisasi guna memaksimalkan sumur-sumur tersebut sehingga debit air yang dihasilkan bertambah.
"Jadi total sumur kita itu ada 41, hampir 90% diantaranya perlu ditinjau kembali. Karena secara usia teknis dan teknologi itu sebenarnya perlu di-upgrade," ungkap Direktur Perumda Tirtayasa, Muhammad Iqbal yang ditemui usai sidak Komisi B DPRD Kota Pekalongan, belum lama ini.
Revitalisasi berupa redevelopment (pencucian) sumur dikatakan Iqbal dipilih demi menghindari pengeboran sumur baru karena pengaruh terhadap land subsidence atau penurunan muka tanah di Kota Pekalongan. Namun dia menyatakan, biaya revitalisasi yang dibutuhkan besarnya sama dengan pembuatan sumur baru. Sehingga dengan keterbatasan anggaran yang ada pihaknya akan melakukan revitalisasi secara bertahap.
"Rencana tahun ini empat sumur dulu yang kita redeveloping (dicuci) yaitu yang jalurnya satu arah dengan daerah-daerah yang membutuhkan suplai air," tambahnya.
Revitalisasi sumur menjadi salah satu upaya yang akan dilakukan Perumda Tirtayasa dalam rangka menambah debit air untuk menyuplai kebutuhan 27.130 saluran rumah atau pelanggan di Kota Pekalongan. Selain revitalisasi sumur, tahun ini Perumda Tirtayasa juga mendapat bantuan anggaran dari pemerintah pusat lewat Satker Jawa Tengah untuk pembuatan bendungan di sumber air baku wilayah Cepagan, Warung Asem, Kabupaten Batang.
"Dengan adanya bendunan tersebut, diharapkan dalam kondisi keringpun nantinya sumber air baku masih tersedia. Sementara untuk sumber air baku di Rogoselo, memang tidak bisa diupgrade lagi karena sumbernya memang mata air. Sementara secara kuantitas itu yang akan jadi solusi kita saat ini," jelasnya.
Sebelumnya Ketua Komisi B DPRD Kota Pekalongan, Abdul Rozak mengatakan bahwa kedatangan Komisi B dalam sidak bertujuan untuk menggali upaya Perumda Tirtayasa dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Menurut Rozak, saat ini ada berbagai kendala yang harus dicarikan solusinya oleh Perumda Tirtayasa.
"Kita selama ini untuk air dari luar daerah hanya mengandalkan air dari permukaan tanah. Sementara untuk di dalam kota masih mengandalkan dari sumur yang ada. Jadi sejauh mana program Perumda Tirtayasa ke depan karena masih banyak masyarakat yang membutuhkan air," tuturnya.
Anggota Komisi B, Mabrur menambahkan, kondisi yang terjadi saat ini memang dilematis. Penghentian pengambilan sumber air bawah tanah sudah dihentikan namun kebutuhan terhadap air justru mengalami peningkatan. "Ini memang dilematis bagi PDAM. Keberadaan Pamsimas yang ada sebenarnya baik sekali asal bisa dikelola dengan baik," katanya.
Anggota lainnya, Mofid, juga menyatakan hal serupa. Menurutnya, saat ini Pamsimas di Kota Pekalongan ada yang masih bertahan karena kinerja maupun pengelolaanya yang baik. Namun sebagian lainnya sudah mati. Untuk itu dia menyarankan agar Perumda Tirtayasa dapat berkomunikasi dengan Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Dinperkim) untuk dapat mengambil alih Pamsimas yang sudah mati. "Itu bisa diambil alih dari pada harus mengebor lokasi baru," usulnya.(nul)