iklan banner Honda atas

Teh Paninggaran Kian Mendunia

Teh Paninggaran Kian Mendunia

TEH PANINGGARAN: Kualitas dan citarasa teh Paninggaran yang diolah dengan baik oleh Koperasi Berdikari Makmur kian mendunia. Teh hijau Paninggaran juara 3 dalam ajang The Golden Leaf Award 2022 di Australia.-Hadi Waluyo-

Harapannya, pihaknya dapat memperkenalkan produk teh Paninggaran hasil pengolahan Koperasi Berdikari Makmur ke dunia. Retno mengatakan, pada tahun 2022, produk teh Koperasi Berdikari Makmur juga sempat dipamerkan di 10 negara di 4 benua, yaitu Eropa, Asia (di Dubai), Amerika, dan Australia.

 

Koperasi Berdikari Makmur beranggotakan petani teh dan pemetik teh dari delapan desa di wilayah Kecamatan Paninggaran. Untuk memperkenalkan produknya, selain melalui pameran, koperasi juga memperkenalkan dan memasarkan produk tehnya melalui website dan media sosial Koperasi Berdikari Makmur serta melalui salah satu e-commerce.

 

Sebelum teh diolah Koperasi Berdikari Makmur, petani teh di Kecamatan Paninggaran, Kabupaten Pekalongan tergantung dengan para pengepul dan industri teh. Pasalnya, mereka tidak mampu mengolah sendiri daun teh yang dihasilkan. Akibatnya, harga daun teh basah relatif rendah, yakni Rp 1.600 hingga Rp 1.700 perkilogram.

 

Oleh karena itu, Business Watch Indonesia (BWI) bekerjasama dengan Koperasi Paninggaran Berdikari Makmur melakukan pendampingan kepada petani teh di Kecamatan Paninggaran agar bisa mandiri. Salah satunya dengan menggalang kerjasama dengan Kementerian Perindustrian RI. Menindaklanjuti kerjasama tersebut, Kementerian Perindustrian RI memberikan bantuan mesin pengolah teh kepada petani teh di Kecamatan Paninggaran pada tahun 2022.

 

Pengurus Koperasi Paninggaran Berdikari Makmur, Khalwani, pada saat itu mengatakan, di Kecamatan Paninggaran terdapat sekitar 600 petani teh. Rata-rata mereka memiliki luasan lahan antara 1 hektar - 1,5 hektar. Dari 600 petani itu, sebanyak 400 di antaranya sudah bergabung dalam koperasi.

 

Diakuinya, selama ini salah satu kelemahan petani teh adalah belum bisa mengolah daun pucuk teh sendiri. Sehingga, mereka menjual daun pucuk teh dalam kondisi basah, sehingga harganya relatif rendah, yakni sekitar Rp 1.700 perkilogram. Dalam menjual daun teh basah ini, petani teh pun masih terlalu bergantung dengan para pengepul dan pabrik teh.

 

"Selain harganya yang relatif rendah, jika daun teh basah tidak laku dijual maka beberapa hari berikutnya sudah rusak, sehingga tidak bisa dijual. Petani mengalami kerugian cukup besar," katanya.

 

Dengan adanya bantuan mesin pengolah daun teh itu mampu meningkatkan daya tawar dan kesejahteraan petani teh. Sebab, dengan alat itu para petani teh bisa memproduksi sendiri teh hijau. Sehingga, harganya jauh lebih tinggi dibandingkan dijual dalam kondisi daun basah. Daun teh yang diolah menjadi teh hijau ini bisa tahan selama enam bulan. Harga 1 ons kala itu Rp 5 ribu. (had)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: