Disway award
iklan banner Honda atas

Program Rehab Rumah Tak Layak Huni Kabupaten Batang Jadi Solusi Atasi Stunting dan Tingkatkan Kualitas Hidup

Program Rehab Rumah Tak Layak Huni Kabupaten Batang Jadi Solusi Atasi Stunting dan Tingkatkan Kualitas Hidup

Bupati Batang Faiz Kurniawan mengecek kondisi salah satu warga penerima bantuan rehab rumah tak layak huni.-Istimewa -

BATANG, RADARPEKALONGAN.CO.ID – Langkah progresif ditempuh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) BATANG dalam memerangi ketimpangan kesejahteraan melalui program rehabilitasi rumah tidak layak huni (RTLH). 

Bupati Batang, M. Faiz Kurniawan, secara langsung turun ke lapangan pada Jumat 9 Mei 2025 untuk menyalurkan bantuan renovasi simbolis di Kelurahan Karangasem Selatan. Ini menjadi bukti komitmen pemerintah daerah dalam menciptakan lingkungan hunian yang sehat dan layak bagi warganya, sekaligus upaya strategis menekan risiko stunting pada anak balita.  

Anggaran Meningkat, Jangkauan Lebih Luas

Dengan alokasi dana mencapai Rp2,9 miliar di tahun 2025, program RTLH Batang tak sekadar memperbaiki fisik rumah, tetapi juga menyasar peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Bupati Faiz menjelaskan, dana tersebut akan dialokasikan untuk merenovasi 156 unit rumah yang kondisinya memprihatinkan. Yang membanggakan, besaran bantuan per unit mengalami lonjakan signifikan dari Rp12,5 juta di tahun sebelumnya menjadi Rp18,5 juta.  

BACA JUGA:Kabupaten Batang Pacu Ekonomi Kreatif melalui Pengembangan UMKM Olahan Ikan Berkelas Ekspor

BACA JUGA:Sebanyak 28Jemaah Haji Asal Kabupaten Batang Menggunakan Kursi Roda, Bupati Faiz Himbau Jaga Kesehatan

“Kenaikan anggaran ini merupakan respons atas tingginya biaya material bangunan. Kami ingin memastikan renovasi bisa dilakukan secara menyeluruh, mulai dari struktur bangunan, sanitasi, hingga ventilasi udara. Dengan begitu, rumah tak hanya aman, tetapi juga mendukung kesehatan penghuninya,” tegas Faiz di hadapan penerima bantuan.  

Fokus pada Keluarga Rentan: Antisipasi Stunting dari Hulu

Lebih dari sekadar renovasi, program ini menyasar akar masalah kesehatan masyarakat. Data Pemkab Batang menyebutkan, sekitar 16 ribu unit RTLH masih tersebar di wilayahnya.

Kondisi rumah yang lembap, sempit, dan minim sanitasi menjadi faktor risiko stunting, terutama bagi keluarga dengan balita. Oleh karena itu, prioritas bantuan diberikan kepada rumah tangga yang memiliki anak di bawah lima tahun.  

“Rumah yang tidak layak huni bisa menjadi sarang penyakit, memengaruhi kualitas udara, dan menghambat tumbuh kembang anak. Dengan memperbaiki lingkungan hidup, kami ingin memutus mata rantai stunting yang tidak hanya terkait gizi, tetapi juga kebersihan dan pola asuh,” papar Faiz.  

Meski tahun ini berhasil meningkatkan target renovasi menjadi 156 unit, Pemkab Batang menyadari jalan panjang yang harus ditempuh. Rencananya, setiap tahun minimal 100 unit RTLH akan direhabilitasi. Namun, Faiz menegaskan bahwa upaya ini tidak bisa hanya mengandalkan APBD.  

“Kami membuka peluang kolaborasi dengan CSR perusahaan, LSM, dan masyarakat sendiri. Contohnya, program padat karya tunai untuk melibatkan warga dalam proses renovasi. Ini sekaligus menciptakan lapangan kerja sementara,” ujarnya.  

Dari Rumah Layak Huni ke Generasi Sehat

Program RTLH di Batang tidak berhenti pada fisik bangunan. Pemerintah setempat juga menggandeng Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk memberikan pendampingan kepada keluarga penerima bantuan. Edukasi tentang pola hidup bersih, gizi seimbang, dan pengelolaan lingkungan menjadi bagian tak terpisahkan.  

“Kami ingin rumah yang direhabilitasi menjadi titik awal perubahan perilaku. Jika dulu anak-anak tidur di lantai tanah yang lembap, kini mereka punya kamar dengan sirkulasi udara baik. Ibu hamil bisa memasak di dapur yang memadai. Ini fondasi untuk membangun generasi yang lebih sehat,” tambah Faiz.  

Respons Masyarakat: Harapan Baru di Tengah Keterbatasan

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait