iklan banner Honda atas

Untuk Menaikkan Kelas, Jamu Bercita Rasa Kekinian

Untuk Menaikkan Kelas, Jamu Bercita Rasa Kekinian

**Melihat Usaha Bakoel Jamu Batang Nguri-uri Eksistensi Jamu

Siapa bilang jamu identik dengan rasa pahit dan melulu dikaitkan dengan orang tua. Di tangan Ginanjar, pemilik usaha Bakoel Jamu Batang, minuman tradisional itu bisa diracik dengan cita rasa kekinian yang bisa dinikmati anak-anak muda.

USAHA ini sudah mulai dirintis Ginanjar sejak Januari 2020. Meski sempat terdampak pandemi, dia terus berinovasi mengenalkan produknya ke anak muda. Mulai dari menjajakan jamu buatannya di kedai sederhananya dan juga dipasarkan hingga keluar kota.

"Keluarga besar saya memang peracik jamu dan saya adalah generasi ketiga, semakin ke sini saya melihat jamu kian memudar di kalangan anak muda, saya pun ingin menaikkan kelas jamu dengan memodifikasi rasa dan kemasan yang menarik untuk anak muda," tuturnya.

Di kedai yang terletak di Jalan Raya Bandar-Batang Desa Tambahrejo ini, Ginanjar menyajikan aneka jamu. Mulai dari jamu tradisional hingga jamu dengan rasa kekinian. Harganya pun bervariasi, dibanderol mulai dari Rp 5.000-an. Produk kekinian yang ia branding dengan nama Jae Ale dan Limoon Jae ini pun menarik perhatian masyarakat, khususnya kaum muda.

Jae Ale ini dibuat dari jahe dari petani Kecamatan Bawang yang dipadukan dengan jeruk nipis. Setelah diracik dan difermentasikan selama 3-4 hari, Jae Ale pun bisa dinikmati. Dengan rasa unik jahe yang terfermentasi membuat sensasi soda alami dalam minuman ini. Terlebih jika disajikan dingin, rasa uniknya jadi lebih menyegarkan namun sensasi jahe yang menghangatkan tetap terasa di tenggorokan. Bentuk minuman yang dikemas dalam botol ini pun semakin menyesuaikan segmentasi pasar anak muda. Terlebih dengan harga perbotolnya yang cukup terjangkau sekitar Rp 12-15 ribu per botol.

"Jika beli di kedai kami banderol dengan harga Rp12 Ribu. Namun di tingkat reseller harga jualnya Rp15 Ribu per botol. Alhamdulillah resellernya sudah ada beberapa di kota besar seperti di Jakarta, Surabaya, Semarang, Klaten dan lainnya," ujar Ginanjar.

Lelaki yang kerap disapa Anjar ini menjelaskan, jika kemampuannya meracik jamu didapatkan dari ibunya. Sejak dulu hingga sekarang, ibunya merupakan seorang penjual jamu. Dan sudah sedari kecil Anjar dan juga kakaknya belajar meracik jamu dari sang ibu sembari membantu.

Di samping bisnis, Anjar berharap usahanya ini bisa melestarikan eksistensi jamu, khususnya di kalangan anak muda Batang. Ia juga berharap kedai jamunya juga bisa menjadi referensi tempat nongkrong sehat bagi generasi muda kekinian. Ia juga berharap ke depannya tak hanya sekadar menjajakan jamu, tapi Bakoel Jamu bisa menjadi tempat edukasi jamu di Batang.

"Alhamdulillah, 80 persen pelanggan sini didominasi anak muda. Kalau ke kedai pelanggan bisa secara langsung melihat proses pembuatannya seperti apa. Sehingga tahu bahan apa saja yang dibutuhkan. Ke depan kami juga berharap tempat ini bisa jadi tempat edukasi jamu yang lebih lengkap. Mulai dari bahan dan perkebunan untuk bahan-bahan jamu sudah tersedia di sini. Sehingga bisa semakin mengedukasi masyarakat terkait jamu. Semoga ke depan hal ini bisa terealisasi," harapnya.

Salah satu pengunjung, Mirza mengaku tertarik mampir untuk menikmati jamu yang ada di kedai Bakoel Jamu. Warga Pemalang ini pun mengetahui keberadaan Bakoel Jamu dari salah satu stories Instragram kawannya.

"Tadi habis jalan-jalan ke Bandar. Pulangnya sekalian mampir ke sini. Karena katanya ada jamu yang rasanya unik. Jadi penasaran, dan ternyata rasanya unik, seger dan hangat sekaligus kalau pas diminum. Selain Jae Ale, Bajigur di sini juga enak. Dan masih jarang ya kafe yang menunya jamu seperti ini. Bisa jadi rekomendasi tempat nongkrong, sayangnya jauh dari rumah saya. Jadi tidak bisa sering-sering mampir," pungkasnya.
(*)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: