Air Sumur Mengandung Kapur, IPAS jadi Andalan Warga
KENDAL - Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pansimas) yang memanfaatkan air permukaan untuk air bersih dan laik konsumsi dengan sistem Insltalasi Pengolah Air Sungai (IPAS) yang dibangun di Desa Kedungasri, Kecamatan Ringinarum, menjadi andalan bagi warga. Pasalnya, sumur yang sebelumnya menjadi sumber konsumsi air warga diketahui mengandung kadar kapur, sehingga berdampak pada kesehatan.
Pansimas yang dibangun pada 2018 lalu itu merupakan program nasional melalui Kementerian Pekerjaan Umum. Karena dianggap berhasil, maka Pamsimas yang dikelola Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) itupun kembali digelontor bantuan oleh Kemen PUPR untuk peluasan cakupan layanan SPAM tahun 2021.
IPAS yang mampu mengolah serapan air dari Kali Blukar menjadi air laik konsumsi itu merupakan satu-satunya di Kabupaten Kendal yang kemanfaatanya sudah banyak dirasakan oleh warga setempat.
"Air bersih Pansimas hasil olahan tekhnologi IPAS sudah digunakan oleh sebanyak 400 Sambungan Rumah (SR). Bahkan dengan swadaya dilakukan perluasan kepada 40 SR yang tinggal di daerah tengah hutan di Dusun Jatigowok," kata Kepala Desa Kedungasri, Achmad Supriyanto didampingi Ketua KKM, Abdul Wahab, Rabu (4/8/2021).
Supriyanto mengungkapkan, dengan adanya Pansimas itu warganya tak lagi menggunakan air sumur yang mengandung kadar kapur tinggi yang dapat mengganggu kesehatan. Kini mereka beralih menggunakan air Pansimas. Ada 10 tabung yang digunakan, yang merupakan air serapan yang berasal dari dua sumur yang dibuat di tepi kali dan disalurkan ke tabung-tabung pada pengelolaan IPAS.
"Air serapan kali kemudian mengalami proses beberapa kali pengendapan. Bahkan dalam proses pengendapan mengguanakan pasir silika. Itu untuk menetralisir unsur zat seng, kapur, lumut dan lumpur," terangnya.
Pemanfaatan serapan air sungai ini terus dikembangkan sejak 2018 lalu. Dengan memanfaatkan dana hibah dari pemerintah dan dana desa (DD), Pamsimas Tirto Asri disulap memiliki 11 tabung, 4 mesin penyedot dan pendorong, serta 2 sumur resapan. Satu tabung untuk proses penjernihan air dengan tawas, 6 tabung untuk pengendapan air, dan 4 tabung sebagai proses penyaringan kapur sebelum disalurkan ke rumah-rumah warga.
"Pamsimas ini bisa menyediakan air baku yang cukup untuk 390 keluarga atau 40 persen dari total penduduk desa. Harapanya program ini bisa dikembangkan agar mencakup semua masyarakat sekitar," ujar Supriyanto.
Warga sekitar, Mulyadi mengatakan, untuk menggunakan air Pansimas tersebut biayanya rata-rata Rp 30.000 untuk 15 kubik pemakaian setiap bulannya. Hal itu berbeda dengan warga lain yang bisa mengeluarkan biaya dua kali lipat bagi keluarga yang tidak memiliki sumur pembantu untuk kebutuhan mencuci.
"Kami warga bersyukur terbantu dengan Pansimas ini, sehingga kebutuhan air bersih bisa tercukupi. IPAS dikelola oleh masyarakat. Air mengalir setiap pukul 04.00 - 22.00 WIB," tuturnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kendal, Sugiono mengatakan,pihaknya akan terus mengembangkan pemanfaatan air permukaan sebagai air baku konsumsi. Selain di Desa Kedungasri, IPAS juga dikembangkan oleh Pamsimas Desa Kedungsuren, Kecamatan Kaliwungu Selatan, yang masih dalam tahap pembangunan.
"IPAS ini hal baru. Dengan metode ini, kita mengambil air tidak merusak alam, seperti mengebor tanah sedalam mungkin. Yang paling bagus, air baku diproduksi dengan air permukaan dan diolah dengan standar baku yang terukur," katanya. (lid)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
