Radikal Shofa

Radikal Shofa

Toni terlibat penembakan pendeta di Palembang. Pendeta itu ia tembak dengan pistol. Dari jarak 1 meter. Tewas. Setelah itu ia ingin meledakan bom di sebuah kafe di Sumbar. Yakni kafe yang banyak didatangi orang bule.

Toni sudah membawa bom ke kafe tersebut. Ia sudah siap meledakkannya. Tiba-tiba ia lihat ada wanita berjilbab masuk kafe itu. Ia urungkan tindakan meledakkan bom tersebut.

Toni dijatuhi hukuman 11 tahun. Perilakunya baik. Ia cepat keluar. Lalu kembali ke kampungnya di perbatasan OKU-Mesuji. "Saya perlu perjalanan lima jam dari Palembang ke rumahnya," ujar Shofa.

Toni punya grup 3 orang. Semua dari OKU. Ia sendiri jadi teroris karena terpengaruh jaringan yang lebih besar.

Kini rumah Toni yang sederhana merangkap jadi perpustakaan. Anak-anak sekitar membaca buku di situ. Banyak buku cerita anak-anak kiriman Shofa. Juga buku-buku ilmu sosial. Hanya sedikit buku agama.

"Kalau banyak membaca buku agama malah gaduh," ujar Shofa

Shofa punya kegiatan yang sama di Palembang. Juga di Cirebon. Di Jateng. Total ada 42 mantan teroris yang kini tergabung dalam Rudalku. Di banyak daerah.

Dengan perpustakaan rumah itu, Shofa ingin mengikatkan para mantan teroris ke ikatan rumahnya. Agar kerasan di rumah. Homing. "Begitu banyak ajaran hadis yang menyebutkan perlunya kembali ke rumah," katanya.

Bagaimana para mantan teroris itu bisa percaya pada Shofa? "Mungkin karena mereka melihat saya tidak punya agenda tersembunyi apa-apa," ujar Shofa. "Pasti mereka sudah mengecek latar belakang saya. Dan saya bukan jenis orang yang dipakai," tambahnya.

Tentu awalnya mereka mencurigai Shofa sebagai intel. Lama-lama mereka tahu Shofa itu murni peneliti. Ketika ke Jakarta mereka juga mampir ke rumah Shofa. Di bilangan Pasar Minggu. Yakni di rumah berukuran 230 m2 yang dibeli istrinya secara cicil.

"Sekarang hampir lunas," katanya lantas tersenyum.

Mereka pun tahu di rumah Shofa penuh buku. Penuh sekali. Itulah, katanya, harta paling berharga di rumahnya. Komplet. Buku-buku agama, buku filsafat, hukum, dan ilmu sosial.

Shofa ingin seminggu sekali ada review buku dari para mantan teroris itu. Dibuatkan videonya. Satu orang sudah mengirimkan review itu ke Shofa. Lalu Shofa mengunggahnya ke YouTube. Ada juga yang membuat video tentang Rumahku Bukuku. Lalu dikirim ke Shofa.

Untuk mengirim buku ke mereka, Shofa mendapat bantuan buku. Tapi untuk perjalanan menemui mereka Shofa menggunakan uangnya sendiri.

Langkah baru Shofa lainnya adalah: kajian buku. Ia memilih kajian ushul fikih. Bukan tafsir Quran, bukan hadis, dan bukan pula tauhid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: