Miftahudin, Mantan Pemakai Narkoba Ini Kini Fokus Ajari Ngaji dan Bisnis

Miftahudin, Mantan Pemakai Narkoba Ini Kini Fokus Ajari Ngaji dan Bisnis

SEDIKIT pun tidak pernah terpikir oleh Miftahudin ---warga Kota Pekalongan--- untuk merasakan dinginnya jeruji besi di Lembaga Pemasyarakatan (LP). Jauh dari keluarga, jauh dari orang-orang yang dicintai. Namun karena keikhlasan dan kepasrahan atas kehendak-Nya, Miftahudin rela menjalani hidup di dalam jeruji besi beberapa tahun yang lalu.

Miftahudin.

Ditemui di kediaman gurunya, Ustadz Yasir Maqosid, LC, Miftahudin sudah terlihat berubah penampilannya. Mengenakan sarung, kemeja koko putih, peci putih dan terlihat wajahnya berseri-seri. Tidak ada tanda-tanda pernah mencicipi narkoba. "Sekarang saya sudah fokus ke mengajari anak-anak mengaji al Quran dan bisnis batik online lewat instagram. Dunia lama sudah saya tinggalkan jauh-jauh dan tidak mau untuk dekat-dekat lagi," tuturnya beberapa waktu lalu.

Miftahudin menceritakan kisah kelamnya. Pada tahun 2006, waktu itu usia Miftahudin sekitar 24 tahun dan lagi gandrung-gandrungnya bermain musik. Alat musik yang mahir dimainkan adalah gitar. Dirinya hampir setiap malam berada di sebuah sanggar seni dan pulang setelah waktu pagi. Itulah rutinitas yang dilakukan saat itu.

Suatu saat ada festival musik di Jogjakarta tahun 2007. Setelah lolos audisi akhirnya terpilih 5 orang dan berangkat ke Jogja. Di antara kelima orang tersebut, tidak saling mengenal. Dalam perjalanan di dalam mobil, seorang teman mengeluarkan sesuatu, katanya shabu. Obat tersebut tidak membuat mabuk, fungsinya sebagai doping agar tubuh memiliki kekuatan untuk beraktifitas selama berhari-hari. "Dengan shabu tersebut tubuh ini gak ada capeknya," tutur Miftahudin mengenang kisah masa lalunya.

Setelah menawarkan secara free, ternyata di lain waktu ketika membutuhkan, shabu itu tidak gratis lagi. Harus membeli dengan harga Rp 250.000 untuk satu paket. Tapi efeknya luar biasa. Miftahudin yang harus tampil di panggung sebanyak empat titik dalam satu hari sampai malam, benar-benar ajaib dan penuh vitalitas, tidak ada capeknya. Saat itu dirinya berpikir, bahwa shabu itu sangat membantu aktifitas sebagai musisi.

Cerita menyedihkan datang pada tahun 2011 ketika dalam sebuah perjalanan mampir ke rumah teman di Losari. Ketika sedang asyik mengkonsumsi shabu, ternyata petugas sudah memata-matai dan akhirnya dirinya ditangkap dan diborgol malam hari dibawa ke Polres Brebes. "Saya shock, down, bingung, mengapa harus ditangkap polisi," tutur Miftahudin.

Dirinya harus menjalani proses hukum, mulai dari penyidikan, sidang sampai vonis. Sidang yang berlangsung selama 4 bulan, Mifthaudin dituntut selama 10 tahun. Tidak terbayang oleh dirinya harus di penjara selama itu. Namun Allah berkehendak lain, vonis hakim diputuskan 5 tahun. dirinya hanya bisa pasrah kepada Allah. Dan berdoa dalam hati, "Semoga ini hal terbaik dalam pandangan Allah Swt," katanya.

Masa-masa di penjara dialami 1 tahun di rutan Brebes. Tahun 2012 pindah ke LP Pekalongan. Kemudian dapat remisi beberapa kali. Miftahudin tidak sampai 5 tahun sudah keluar dari penjara. Di balik ketabahan Miftahudin, ada sosok yang dengan setia membantu untuk menguatkan batinnya. Dia adalah Ustadz Yasir Maqosid, LC. Alumnus Mesir ini rutin memberikan pengajian di Lapas Pekalongan tiap Jumat saat Miftahudin masih di penjara. Dan terjadilah pertemuan antara Ustadz Yasir dan Miftahudin.

Beruntung bagi Miftahudin, dia tidak menjadi pecandu. Artinya, ketika dia memutuskan untuk berhenti dari shabu, maka diberikan kemudahan untuk berhenti. Sementara bagi pecandu obat-obatan lain ada yang sampai sakaw, histeris ketika menginginkan untuk mengkonsumsi. Miftahudin sangat berterimakasih kepada Allah yang sudah memberikan pelajaran berharga bagi dirinya. Kini dia tidak lagi bermain musik, bahkan menjauhi musik.

Kegiatan baru setelah keluar dari penjara adalah mengajari ngaji anak-anak kecil dan bisnis batik online. Godaan memang masih ada, teman-teman lama masih sering menawarkan obat-obatan tersebut. Tapi akhirnya teman-temannya malu sendiri ketika datang, karena Miftahudin sudah berubah penampilan dengan memakai sarung, baju koko, berpeci dan memiliki santri ngaji yang banyak. Bahkan Miftahudin secara terang-terangan berkata kepada temannya untuk stop mengkonsumsi narkoba, tidak ada untungnya, merusak badan dan suatu saat bisa saja masuk penjara.

Bahkan ada teman yang dinasehati oleh Miftahudin bahwa kematian seseorang itu sesuai dengan kebiasaannya. Ada yang mati sedang nyabu, ada yang mati sedang mengkonsumsi ganja, dan ada juga yang mati sedang mengaji. "Pilih yang mana," tutur Miftahudin ketika menceritakan ajakan kepada temannya. Tak disangka, ada satu orang yang diberi hidayah dan akhirnya berhenti dari mengkonsumsi narkoba dan ikut ngaji dengan dirinya.

Kini Miftahudin minta didoakan agar istiqomah untuk berhijrah dan dia selalu mendoakan teman-temannya yang masih berada dalam kubangan narkoba agar diberi hidayah oleh Allah Swt dan diberikan keselamatan di dunia dan di akhirat. Doa tersebut dipanjatkan setiap hari supaya teman-temannya berubah menjadi lebih baik.

Kalau dibandingkan dengan akhirat, tambah Miftahudin, penjara di dunia tidak ada apa-apanya. siksa kubur itu lebih keras dan tidak ada batasnya. Mumpung masih di dunia, mari berubah dan insaf, jangan terlalu menuruti hawa nafsu.

Kini Miftahudin menjadi ustadz dan bahagia dengan 25 santrinya yang belajar ngaji ke dia. Aslinya Miftahudin adalah sosok yang pandai membaca Al Quran secara fasih dan bisa mengajarinya. Namun Allah sedang memberikan ujian. Dan kini Allah mengembalikan Miftahudin ke jalan yang diridhai-Nya. Anak-anak yang diajari ngaji ada anak SD, SMP bahkan SMA. Ada yang diajari bakda Magrib dan bakda Isya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: