Tantangan UKK di Tengah Pandemi: 1,5 Tahun Siswa Tak Pernah Praktik
*SMKN 3 Pekalongan
KOTA - Menggelar Uji Kompetensi Keahlian (UKK) di tengah kondisi pandemi Covid-19, membuat SMKN 3 Pekalongan harus melakukan banyak penyesuaian. Berbagai penyesuaian dilakukan demi memastikan agar kegiatan yang dilaksanakan secara tatap muka tersebut tak menimbulkan klaster Covid-19.
Salah satu yang ditekankan yakni penerapan protokol kesehatan. Mulai wajib menggunakan masker, cuci tangan, hingga jaga jarak. Untuk ketentuan terakhir, pihak sekolah bahkan harus memperpanjang waktu pelaksanaan UKK hingga dua kali lipat dibandingkan waktu yang dibutuhkan jika UKK dilaksanakan dalam kondisi normal.
Kepala SMKN 3 Pekalongan, Yeni Pujiastuti mengatakan, demi memastikan agar tidak terjadi kerumunan dalam pelaksanaan UKK maka pihak sekolah mengurangi jumlah siswa yang hadir setiap sesi di tiap jurusan yaitu maksimal 10 siswa. Dampaknya, waktu pelaksanaan UKK yang biasanya hanya berlangsung satu pekan harus diperpanjang hingga dua pekan yakni mulai 19 Mei 2021 hingga 2 Juni 2021.
"UKK sudah menjadi program setiap tahun. Tahun lalu kami tidak selenggarakan dan baru tahun ini dilaksanakan kembali. Jadi ini pengalaman pertama menggelar UKK di tengah kondisi pandemi Covid-19. Sehingga banyak penyesuaian yang harus dilakukan," tuturnya.
Selain memastikan prokes berjalan dengan ketat dan waktu perlaksanaan yang diperpanjang, banyak penyesuaian lain yang juga dilakukan pihak sekolah. Salah satunya yakni terkait kondisi siswa yang sudah sekitar satu setengah tahun tak berhadapan langsung dengan mesin dan peralatan praktik. Sebagai sekolah kejuruan dengan jurusan yang banyak membutuhkan mesin dan alat praktik, sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang selama ini berjalan tentu menjadi kendala tersendiri.
"Yang kami khawatirkan justru dari siswa. Karena mereka sudah satu setengah tahun tak berhadapan dengan mesin dan peralatan praktik. Selama PJJ mereka hanya melihat bagaimana mengoperasikan mesin atau alat melalui video yang dibuat oleh guru. Padahal untuk siswa SMKN ini harus praktik. Sehingga ketika UKK mereka tiba-tiba harus mengoperasikan mesin atau alat ini menjadi kekhawatiran dari kami," ujarnya.
Untuk itu, dua pekan sebelum pelaksanaan UKK sekolah terlebih dulu menggelar pra UKK yakni mendatangkan siswa ke sekolah untuk kembali merefresh kemampuan dan pemahaman mereka terhadap mesin maupun peralatan praktik. "Kami menggelar pra terlebih dulu sebagai persiapan. Sehingga anak-anak bisa kembali mengingat bagaimana mengoperasikan mesin atau peralatan praktik," tambahnya.
Dalam UKK kali ini, total terdapat 374 peserta dari empat program keahlian yakni Teknik Pendingin dan Tata Udara, Teknologi Tekstil, Tata Busana dan Kriya Kreatif Batik dan Tekstil. Menurut Yeni, UKK memang tidak menjadi bagian dari kriteria kelulusan siswa namun dibutuhkan untuk menguji kemampuan siswa di masing-masing jurusan serta menjadi bukti mereka memiliki kemampuan dan sertifikat yang diakui di dunia usaha.
"Sehingga pelaksanaanya memang sudah kami persiapkan sebelumnya mulai dari menyusun proposal dan perizinan ke Satgas Covid-19. Kami juga membentuk Satgas Covid-19 Sekolah untuk memastikan prokes dijalankan dengan baik selama pelaksanaan," kata Yeni.
Sementara itu, Ama Arif, salah satu siswa mengaku bahwa mekanisme PJJ yang selama ini dilaksanakan menjadi kendala tersendiri bagi mereka. Sebab sebenarnya mereka harus lebih banyak praktik demi mendapatkan pengetahuan bagaimana mengoperasikan mesin maupun peralatan. "Enak tatap muka bisa lebih mudah paham," aku siswa jurusan Teknologi Tekstil tersebut.
Hal yang sama disampaikan Fathudin, siswa jurusan Teknik Pendingin dan Tata Udara. Dia menyatakan selama PJJ praktik hanya dilakukan melalui menonton video. "Susah pahamnya," tandas siswa kelas XII tersebut.(nul)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: