IKN Sarung
Matahari sudah kian tinggi. Sudah waktunya saya ke Titik Nol. Jaraknya hanya sekitar 3 menit bermobil dari Bukit Sarung Jokowi.
Saya tidak mendahulukan langsung ke Titik Nol karena sengaja: untuk menunggu matahari. Agar sama tinggi dengan ketika Titik Nol itu diresmikan: Senin 14 Maret 2022.
Saya ingin merasakan cuaca saat itu. Di ketinggian matahari yang sama. Semenyengat apa panasnya. Kok sampai ada gubernur yang pingsan.
Ternyata panasnya memang khas kawasan itu. Masih seperti panas di sekitar Balikpapan zaman dulu. Seperti panasnya cabai rawit. Khas panas matahari di hutan sekitar Balikpapan. Yang saya akrab dengan panas seperti itu di masa muda lalu.
Saya benci panas jenis ini. Yang membuat saya kangen Jawa. Surabaya memang lebih panas dari Jakarta. Tapi di lokasi ini panasnya seperti sengaja matahari diturunkan sepertiga lebih rendah.
Maka saya maklum kalau di acara waktu itu salah satu dari 34 gubernur yang hadir sampai pingsan. Panas ini, kalau dicek di temperatur mungkin hanya 32, tapi serasa 49.
Para calon penghuni IKN sudah harus terbiasa dengan panas jenis ini. Itulah sebabnya IKN juga harus membangun hutan baru: yang rimbunnya bisa menyerap sebagian panas jenis itu.
Hutan yang sekarang tidak memadai. Yang pohon-pohonnya lurus daunnya jarang.
Titik Nol ini berada di tebing sebuah bukit pendek. Ukuran bukitnya hanya 30. Itu pun bukan di bagian putingnya. Posisi puting itu sendiri sudah diratakan. Sudah jadi lapangan kecil yang bisa untuk parkir sekitar 30 kendaraan.
Mobil saya juga diparkir di situ. Lalu kami menuruni 41 anak tangga permanen. Itulah anak tangga ke plaza kecil di tebing itu. Saya membuat video di situ: untuk IG. Ada tulisan besar TITIK NOL. Yang ikonic. Bisa jadi latar belakang foto.
Di tebing antara plaza dan lapangan parkir itulah bibit-bibit pohon baru ditanam. Yang melakukannya para gubernur se Indonesia. Dengan jenis tanaman berbeda. Sesuai dengan keunggulan daerah masing-masing.
Saya tidak mendaki ke tebing itu: takut mengganggu tanaman baru yang masih sensi. Akibatnya saya tidak tahu: gubernur mana, menanam apa, di sebelah siapa.
Dengan tidak mendekat saya justru bersyukur: tidak perlu tahu apakah ada tanaman yang mati. Atau yang tumbuh malas-malasan.
Saya tidak bisa membayangkan besarnya isu politik yang akan muncul: kalau yang mati itu yang ditanam oleh gubernur yang lagi dicintai sekaligus dibenci.
Menurut pengamatan saya, dari jauh, semua bibit itu tumbuh dengan baik. Beberapa di antaranya masih dilindungi jaring hitam untuk mengurangi sengatan matahari IKN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: