HUT IBI Ke-68, IBI Diminta Berperan Turunkan AKI, AKB, Gizi Buruk, dan Stunting

HUT IBI Ke-68, IBI Diminta Berperan Turunkan AKI, AKB, Gizi Buruk, dan Stunting

BIDAN DELIMA: Dalam rangkaian peringatan HUT IBI ke-68, PC IBI Kabupaten Pekalongan juga menyelenggarakan pengukuhan 38 bidan Delima di Auditorium UMPP, Sabtu (7/9). Foto: Hadi Waluyo.

KEDUNGWUNI - Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Kabupaten Pekalongan diharapkan bisa kian bersinergi dengan pemerintah daerah untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), kasus gizi buruk, dan stunting di Kabupaten Pekalongan yang saat ini masih cukup tinggi.

Ajakan itu disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pekalongan Setiawan Dwiantoro, saat menghadiri peringatan HUT IBI ke-68 tingkat Kabupaten Pekalongan di Auditorium Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan (UMPP), Sabtu (7/9) pagi.

Peringatan HUT IBI ini di antaranya dihadiri oleh Ketua PD IBI Jawa Tengah Endang Suwartiningsih, Ketua PC IBI Kabupaten Pekalongan Nuning Arsyaningsih, dan ratusan bidan di Kabupaten Pekalongan.

Kepala Dinkes Setiawan Dwiantoro, mengatakan, IBI Kabupaten Pekalongan sangat luar biasa, karena atas kerja sama semua pihak AKI di Kabupaten Pekalongan dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan. Disebutkan, pada tahun 2017 AKI ada 19 kasus, turun menjadi 11 kasus di tahun 2018, dan hingga September 2019 ini baru ada 6 kasus. "Harapan kami enam kasus ini tidak tambah lagi.

Berkaitan dengan itu, pada HUT IBI ke-68 di Kabupaten Pekalongan kita mengundang narasumber ibu Rosita yang nanti akan membawakan materi kesehatan reproduksi ditinjau dari masalah kejiwaan, disamping itu ada dokter Himawan yang akan menyampaikan masalah stunting," terang Setiawan.

Menurutnya, kolaborasi semua pihak, di antaranya dengan IBI ini diharapkan bisa terjalin dengan baik. Sehingga ke depan bisa lebih baik dan sejahtera.

Ia berharap, kedepannya bidan tidak cukup berada di zona nyaman. Bidan harus terus bergerak untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya. "Tadi sudah kita lihat bersama dalam rangka meningkatkan kapasitas bidan menjadi bidan Delima. Ini salah satu bentuk wujud peningkatan kapasitas bidan dari IBI, dan ini adalah hal-hal yang akan kita butuhkan terus. Bidan Delima adalah bidan yang sudah mampu mandiri dan terstandarisasi," ujar dia.

Setiawan dalam sambutan saat menghadiri acara itu atas nama Pemkab Pekalongan menyampaikan ucapan selamat HUT IBI ke-68 kepada seluruh bidan di Kabupaten Pekalongan. Disampaikan, AKI di Kabupaten Pekalongan sudah turun, dan salah satu faktornya berkat kerja keras seluruh bidan di Kabupaten Pekalongan.

Namun diakuinya, masih ada PR lainnya yang harus diselesaikan bersama, yakni angka kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi tapi masih di bawah kabupaten lain jika di tingkat provinsi. Disebutkan, pada tahun 2017 angka kematian bayi di Kabupaten Pekalongan ada 132 kasus, pada tahun 2018 terdapat 115 kasus, dan di tahun 2019 ada 88 kasus hingga bulan September ini. "Insya Allah tambahnya sedikit, dan semoga tidak tambah lagi," doanya.

PR di bidang kesehatan lainnya, lanjut dia, persoalan gizi buruk. Menurutnya, angka gizi buruk masih cukup tinggi, dimana di tahun 2017 ada 53 kasus, tahun 2018 ada 48 kasus, dan di tahun 2019 hingga bulan September ada 43 kasus. "Kita juga masih dibebani PR stunting. Stunting di kita masih cukup tinggi. Stunting diawali dari prakehamilan, dari usia muda, saat pertama kali bayi lahir hingga usia 2 tahun harus dilakukan pemantauan. Ini juga menyangkut kerja para bidan. Pantauan sejak hamil hingga bayi berusia 2 tahun, sehingga pemantauan oleh para bidan terkait masalah stunting ini selama tiga tahun," katanya.

Oleh karena itu, ia berharap bidan dan semua pihak melakukan upaya pencegahan dalam menurunkan angka kematian ibu, angka kematian bayi, gizi buruk dan stunting di Kabupaten Pekalongan. Sebagai karya nyata dan kerja keras dalam membangun bidang kesehatan di Kabupaten Pekalongan, Setiawan mengajak para bidan dalam memberikan pelayanannya harus didukung oleh tiga hal, yakni pengetahuan, keterampilan, dan sikap. "Hal ini penting. Bagaimana kita meningkatkan kapasitas kita sebagai seorang bidan untuk menuju profesionalisme. Ini harus kita dukung bersama. Hari ini kita saksikan bersama ada 38 bidan yang menjadi bidan Delima," tandasnya.

Ketua IBI Jateng, Endang Suwartiningsih, menyatakan, untuk seluruh Jawa Tengah yang praktik mandiri bidan sekitar 7 ribu bidan, dan yang sudah menjadi bidan Delima sekitar 4 ribu bidan. Sehingga, kata dia, sudah 50 persen lebih bidan menjadi bidan Delima. Harapannya, dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan ikut menurunkan angka kematian ibu dan bayi maka bidan harus memberikan pelayanan yang berkualitas dan berstandar.

"Ini memang sudah tidak bisa ditawar. Kualitas ini tidak hanya SDM-nya, tetapi sarana dan prasarananya harus terpenuhi sesuai dengan persyaratan," ujar dia.

Diakuinya, untuk menjadi bidan Delima bagi pemula syaratnya memang cukup berat. Namun, kata dia, jika sudah niat untuk praktik mandiri bidan walaupun persyaratannya berat harus dipenuhi. "Ndak bisa ditawar lagi," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: