Penderita HIV/AIDS Terbanyak Ibu-ibu

Penderita HIV/AIDS Terbanyak Ibu-ibu

**14 tahun, Ditemukan 394 Kasus

TES HIV/AIDS - Peserta Seminar dan Talk Show HIV/Aids secara sukarela menjalani tes HIV/Aids di Aula Lantai 1 Setda, kemarin.

KAJEN - Ini peringatan bagi yang suka "jajan". Saat ini kasus penderita HIV/Aids menggurita. Pemkab Pekalongan pun berkomitmen menekan kasus HIV/Aids di Kota Santri. Dari sebaran jenis pekerjaan, penderita HIV/Aids terbanyak justru di kalangan ibu rumah tangga, disusul wiraswasta.

"Hal ini menunjukkan epidemi HIV/Aids mulai memasuki pada masyarakat umum. Ini tentu akan berdampak pada penularan HIV/Aids dari ibu ke anak," ujar Wakil Bupati Pekalongan Arini Harimurti saat membuka Seminar dan Talk Show HIV/Aids Komisi Penanggulangan Aids Kabupaten Pekalongan di Aula Lantai I Setda, Selasa (3/12).

Disebutkan, epidemi HIV dan Aids di Kabupaten Pekalongan dari tahun 2005 sampai dengan September 2019, seperti dilaporkan oleh Dinas Kesehatan, sebanyak 394 kasus. Dengan rincian, HIV 211 kasus, Aids 183 kasus, dan meninggal 183 kasus.

"54% merupakan kontribusi kaum laki-laki dan 46% kaum perempuan, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa akan terjadi kenaikan kasus pada kaum perempuan karena adanya relasi seksual antara laki-laki dan perempuan," ungkap Arini.

Mirisnya lagi, kasus terbanyak pada usia produktif, yakni usia 15-34 tahun. Sehingga, kata dia, mengancam produktivitas dan kualitas SDM.

Oleh karena itu, lanjut Arini, perlu upaya dan peran proaktif dari pemerintah maupun masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi HIV/Aids.

Menurutnya, dalam upaya penanggulangan HIV/Aids, Pemkab Pekalongan menetapkan Perda Nomor 3 Tahun 2018 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS di Kabupaten Pekalongan sebagai komitmen dalam meningkatkan peran aktif seluruh jajaran pemerintah, sektor swasta, LSM, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan lainnya untuk bersama-sama melaksanakan upaya penanggulangan HIV dan Aids di
Kabupaten Pekalongan.

"Program penanggulangan HIV/Aids harus dilakukan terpadu oleh berbagai komponen peduli dengan program pemberdayaan masyarakat, dari kelompok ODHA itu sendiri. Sehingga hingga bulan Desember 2019, sudah terbentuk 23 Warga Peduli AlDS tingkat desa/kelurahan di 19 kecamatan di Kabupaten Pekalongan," kata dia.

Dikatakan, manfaat WPA itu di antaranya meningkatkan pengetahuan tentang HIV pada masyarakat, mencegah terjadinya angka kasus baru, dan menghilangkan stigma serta diskriminasi di masyarakat.

"Sebagai suatu proses tentunya usaha yang dilakukan dalam pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS yang melibatkan masyarakat secara langsung, akan memiliki risiko yang tidak kecil, karena proses ini dianggap hanya bagian dari mimpi yang akan sulit terwujud. Bila hanya dirasakan sebagai mimpi tanpa ada upaya dan langkah nyata yang serius, bisa jadi HIV dan Aids akan terus berkibar," katanya.

HARI AIDS SEDUNIA

Ditambahkan, Hari Aids Sedunia diperingati setiap tanggal 1 Desember, yang merupakan hasil dari pertemuan Menteri Kesehatan sedunia pada tahun 1988, ketika mendiskusikan program penanggulangan HIV/Aids. Tujuan ditetapkannya untuk mengingatkan pentingnya peran dan komitmen negara-negara di dunia dalam upaya penanggulangan HIV/Aids.

Pada tahun ini Indonesia juga mengadopsi tema tersebut sebagai tema nasional HAS 2019, yaitu "Bersama Masyarakat Meraih Sukses!". Melalui tema ini, Kementerian Kesehatan dan para mitranya ingin mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk meraih sukses mencapai 3 zero pada tahun 2030, yaitu zero infeksi kasus baru HIV, zero kematian karena kasus HIV/Aids, dan zero stigma serta diskriminasi terhadap orang dengan HIV/Aids.
"Cita-cita mencapai 3 zero pada tahun 2030 tidak dapat tercapai tanpa dukungan lintas program, lintas sektoral, serta masyarakat," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: