Disway award
iklan banner Honda atas

Petungkriyono Hadapi Tiga Persoalan Utama

Petungkriyono Hadapi Tiga Persoalan Utama

*Aksesibilitas, Koneksitas, dan Paska Panen

PETUNGKRIYONO - Tiga persoalan utama mencuat dari aspirasi warga yang diusulkan dalam Musrenbang Desa di Kecamatan Petungkriyono. Ketiga persoalan itu adalah aksesibilitas transportasi, koneksitas jaringan internet, dan permasalahan paska panen.

Camat Petungkriyono, Farid Abdul Hakim, dihubungi usai menghadiri Musrenbang Desa di Desa Simego, kemarin, mengatakan, aspirasi warga Desa Simego di antaranya agar infrastruktur jalan di wilayah atas itu bisa dibangun. Pasalnya, ruas jalan di jalur Gumelem - Simego cukup ekstrem, terutama jalur Kubang - Simego dan Igir Gede-Simego. "Itu satu-satunya jalan akses hasil bumi warga di sana. Warga juga menyampaikan dengan akses jalan yang rusak, harga jual hasil bumi lebih rendah dibandingkan desa tetangga karena alasan transportasinya sulit," kata dia.

Aspirasi lainnya adalah masih adanya daerah di Petungkriyono yang blank spot (tidak ada sinyal). Menurutnya, area blank spot bersifat sporadis. Namun ada satu desa yang benar-benar blank spot, yakni Desa Tlogohendro.

"Di Simego saja di luar mungkin masih ada sinyal tapi masuk rumah hilang. Di Kayupuring saja begitu. Di dalam balai desa saja ndak ada sinyal," ungkap dia.

Harapannya, semua desa di wilayah Petungkriyono bisa terakses oleh jaringan internet. Apapun itu upayanya.

"Harusnya dibangun BTS lah satu titik. Karena koneksitas di sejumlah wilayah di Petungkriyono masih susah," kata dia.

Dengan sulitnya akses internet berdampak pada masyarakat. Misalnya, saat anak Petungkriyono kuliah dengan sistem daring maka akan numpang di rumah kerabatnya di daerah bawah atau bertahan di tempat kos-kosannya.

Untuk akses internet, pemerintah desa di wilayah pegunungan itu berlangganan internet dengan pihak swasta. Namun area sinyalnya juga terbatas.

"Semua kantor desa langganan paket internet dari pihak swasta. Cost di desa akhirnya tinggi. Maksud saya akses internet ini harusnya bisa dinikmati seluruh lapisan masyarakat. Kalau hanya jaringan seluler saja ndak bisa kan repot," ungkap dia.

Di Desa Tlogohendro yang semua wilayahnya blank spot, pemerintah desanya membangun satu titik hotspot di masing-masing pedukuhan.

"Tlogohendro jaringan seluler tidak bisa. Jika mau telepon harus pakai WA. Di Tlogohendro hampir semua dusun dikasih satu titik itu langgananannya perbulan sampai Rp 2 juta kok. Kan sayang sekali. Harusnya duit bisa dimanfaatkan untuk yang lain jika jaringan umumnya bisa masuk," katanya.

Aspirasi warga lainnya adalah permasalahan paska panen, utamanya rusaknya harga hasil bumi saat panen raya. "Paska panen dipengaruhi oleh pasar. Jika daerah lain levelnya berbeda dengan kita kan tentu berdampak pada harga. Contohnya kayak cabai kemarin kan harganya rusak," ungkapnya.

Harapan petani bisa dibantu dengan teknologi tepat guna dan diajari atau dilatih pengelolaan pengawetan hasil bumi. Selain dibantu peralatan penunjang untuk mengolah hasil panen juga diajari pelatihannya. "Jika budidaya sudah mahir petani di sini. Persoalannya di paska panen. Sudah harganya remuk ditambah transportasi mahal, petani ndak uman apa-apa," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: