Legenonan, 13 Gunungan Hasil Bumi Diarak

Legenonan, 13 Gunungan Hasil Bumi Diarak

KIRAB HASIL BUMI: Masyarakat Desa Linggoasri, Kecamatan Kajen, gelar kirab hasil bumi dalam tradisi legenonan di desa itu, Rabu (7/6/2023).-Hadi Waluyo-

KAJEN - Sebanyak 13 gunungan hasil bumi diarak warga Desa Linggoasri, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan keliling desa, Rabu (7/6/2023). Kirab ini dalam rangka tradisi legenonan 2023.

Legenonan di Desa Linggoasri tahun ini kian semarak dengan kehadiran pelawak Narji Cagur. Narji tampak ikut dalam arak-arakan hasil bumi dari depan gerbang obyek wisata Linggoasri hingga ke Balai Desa Linggoasri. Jaraknya sekitar 1,5 kilometer.

Arak-arakan hasil bumi juga diikuti Forkompincam Kajen dan 10 mahasiswa luar negeri yang tengah melakukan penelitian kerukunan umat beragama di Desa Linggoasri. Kebetulan, saat ini ada 10 mahasiswa dari Cina, Thailand, dan Korea tengah melaksanakan penelitian kerukunan antar umat beraga di Lingoasri. Selama dua hari, mereka menginap di rumah warga desa setempat untuk meneliti kerukunan umat beraga di salah satu desa wisata di Kabupaten Pekalongan ini.

"Selain ada Bang Narji yang ikut arak-arakan kirab gunungan hasil bumi, ada pula 10 mahasiswa dari Thailand, Cina, dan Korea. Mereka tengah melakukan penelitian kerukunan antar umat beragama di sini. Nginep dua hari di rumah warga," kata Kepala Desa Linggoasri, Imam Nuryanto, Rabu (7/6/2023).

Diterangkan, Desa Linggoasri memang sudah ditetapkan sebagai Desa Sadar Kerukunan Umat Beragama. Di desa ini, masyarakat bisa hidup guyup rukun. Padahal, agama yang diabut warganya beragam. Ada Islam, Hindu, Budha, dan Kristen.

Imam mengatakan, 13 gunungan hasil bumi yang dikirab oleh warga merupakan representasi dari 13 RT di desa itu. Tiap RT membuat 1 gunungan hasil bumi. "Kan ada 13 RT, makanya ada 13 gunungan hasil bumi," kata dia.

Selain kirab gunungan hasil bumi, tradisi legenonan di Desa Linggoasri juga diramaikan dua pentas wayang kulit. Pentas pertama di Dukuh Linggo, pentas keduanya di Dukuh Sadang.

"Kirab itu legenonan tingkat desa, lha wayangnya tingkat dukuh. Memang di sini seneng wayang, makanya tingkat dukuh juga nanggap wayang sendiri," kata dia.

Pentas wayang di Dukuh Linggo digelar Rabu (7/6/2023) malam, dengan dalang Ki Mangun Yuwono. Dalang Ki Mangun akan memainkan lakon Wahyu Ketentrem. Pentas wayang dimulai pukul 21.00 WIB hingga selesai.

"Untuk dana nanggap wayang yang mencapai puluhan juta, warga iuran secara swadaya. Untuk Dukuh Linggo, warga iuran Rp 350 ribu, ada pula yang iurannya dalam bentuk beras. Untuk yang di Dukuh Sadang, warga iurannya sudah lama dengan sistem jimpitan. Tiap hari warga iuran Rp 2.000," terang dia.

Tradisi legenonan sendiri dilaksanakan agar hasil pertanian di desa itu bagus, dan masyarakatnya dijauhkan dari segala marabahaya. Tradisi ini rutin dilaksanakan tiap tahunnya.

"Masyarakat di sini sebagian besar petani palawija dan padi. Semoga dengan legenonan ini hasil pertaniannya bagus dan melimpah. Warga juga selalu bahagia, sejahtera, dan dijauhkan dari segala marabahaya," katanya. (had)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: