Ruwat Bumi di 'Kayangan' Simego Pekalongan, Warga Nanggap Wayang Kulit Semalam Suntuk

Ruwat Bumi di 'Kayangan' Simego Pekalongan, Warga Nanggap Wayang Kulit Semalam Suntuk

Camat Petungkriyono Hadi Surono beri sambutan saat menghadiri legenonan di Desa Simego.-Hadi Waluyo-

PETUNGKRIYONO,RADARPEKALONGAN - Tradisi ruwat bumi atau legenonan dilaksanakan di sejumlah desa di Kabupaten Pekalongan di bulan legeno tahun 2023 ini. Termasuk di desa paling atas di Kabupaten Pekalongan, yakni Desa Simego di Kecamatan Petungkriyono atau yang dikenal dengan desa di atas awan (kayangan). 

Desa dengan akses jalan yang sulit ini nanggap wayang kulit dengan dalang Ki Gendroyono dari Purbalingga, Rabu (14/6/2023) malam hingga Kamis (15/6/2023) dini hari. Lakon yang dipentaskan 'Semar Mbangun Kayangan'.  

Baca juga:Hadiri Legenonan Desa Kwasen, Bupati Pekalongan Fadia Arafiq Akan Bantu Pembangunan Jalan Usaha Tani

Tak hanya di Desa Simego, malam itu masyarakat Desa Gumelem yang berbatasan dengan Desa Simego juga menggelar tradisi serupa. Di Desa Gumelem, pentas wayang kulit menghadirkan dalang Ki Sigit Jono Saputro dari Cilacap. Ki Sigit Joko Saputro membawakan lakon 'Sekar Tunjung Seto'.

Perangkat Desa Simego, Sukentar, menerangkan, Desa Simego melaksanakan acara rutin tahunan, yaitu sedekah bumi atau ruwat bumi atau legenonan dengan mengadakan pertunjukan wayang kulit oleh dalang Ki Gendroyono dari Purbalingga. Lakon atau judul yang dibawakan 'Semar mbangun kayangan'.

"Semoga dengan dilaksanakannya tasyakuran atas anugerah dari Allah SWT yang sudah diberikan kepada warga, Desa Simego kedepannya akan lebih subur, makmur, gemah ripah lohjinawi sesuai dengan judul yang diambil dalam pertunjukkan wayang tadi. Semoga meskipun Simego berada di negeri kayangan, dapat terbangun dengan baik," harapannya.

Camat Petungkriyono Hadi Surono pun tampak menembus dinginnya malam di puncak Petungkriyono. Ia menghadiri legenonan di kedua desa yang berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara tersebut.

Camat Petungkriyono Hadi Surono mengatakan, legenonan atau sedekah bumi disamping wujud harapan agar desa atau wilayah semakin makmur dan dijauhkan dari segala marabahaya juga perwujudan syukur kepada Allah SWT atas limpahan segala rahmat dan nikmat-Nya. 

Menurutnya, acara hiburan wayang kulit ini disamping untuk hiburan masyarakat, sehingga masyarakat dapat berkumpul dan bisa bersilaturahmi juga dalam wujud nguri-nguri budaya Jawa. 

"Dalam pentas pewayangan juga banyak ajaran atau tuntunan yang baik, yang tersirat dalam cerita wayang tersebut," ungkap Hadi Surono. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: