Dekan FUAD UIN Gus Dur Beri Kuliah Umum di Thailand

Dekan FUAD UIN Gus Dur Beri Kuliah Umum di Thailand

KULIAH - Dekan FUAD UIN Gus Dur, Dr. K.H. Sam’ani Sya’roni, M.Ag (kiri) saat mengisi kuliah tamu tentang moderasi beragama, bertempat di Universitas Pattani Thailand, baru-baru ini.-Wahyu Hidayat-

RADARPEKALONGAN.ID – Dekan FUAD UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan (UIN Gus Dur), Dr. K.H. Sam’ani Sya’roni, M.Ag, mengisi kegiatan Guest Lecture (kuliah tamu) tentang “Da'wa on Religious Moderation in Indonesia: Chance and Challenge” di Universitas Pattani Thailand, baru-baru ini.

Bertempat di Ruang Sidang Rektorat setempat, kuliah tamu dihadiri ratusan sivitas akademika Universitas Pattani Thailand. Pada kesempatan tersebut, Dekan FUAD Dr. K.H. Sam’ani Sya’roni, M.Ag Pekalongan menyampaikan bahwa wajah agama bisa tergantung pada pemeluknya. Bisa menjadi penyatu yang mengubur ikatan primordial (kekerabatan, kesukuan, kebangsaan dll), namun sisa juga menjadi pemecah belah yang memporak-porandakan sebuah keharmonisan.

"Padahal semua bentuk ekstrem dan radikal tidak ada justifikasi dalam agama, tetapi semua agama dihinggapi kelompok garis keras atau radikalis yang biasanya muncul ketika menjadi mayoritas. Di sinilah pentingnya sikap moderasi (wasathiyah) yaitu kecenderungan ke arah pertengahan atau upaya menghindari sikap ekstrim (tatharruf) baik ucapan maupun perbuatan," papar Sam’ani, dilansir Humas UIN Gus Dur.

Sam’ani juga menambahkan pentingnya sikap moderasi beragama yaitu sikap menghindari keesktreman baik ekstrem kanan (tatharruf tasyaddudy) maupun ekstrim kiri (tataharruf tasahhuly) dalam cara pandang, sikap, dan praktik beragama (tasamuh, tawassut, i’tidal, tawazun).

Semangat moderasi beragama diperlukan dalam rangka mencari titik temu dua kutub ekstrem dalam beragama.

"Ada pemeluk agama yang ekstrem meyakini mutlak kebenaran satu tafsir teks agama, lalu menganggap sesat mereka yang memiliki tafsir yang berbeda dengannya. Di sisi lain, ada juga umat beragama yang esktrem mengabaikan kesucian agama, atau mengorbankan kepercayaan dasar ajaran agamanya atas nama toleransi kepada pemeluk agama lain. Ini sikap yang harus dihindari," tegas Sam’ani.

Pada kesempatan yang sama, Rektor Universitas Pattani Prof. Dr. Ismail Lutfi Japakiya menyampaikan tentang pentingnya السلام (peace) atau perdamaian, karena kata السلام berakar kata yang sama dengan kata اسلام.

"Apalagi kami di sini adalah umat minoritas. Simbol-simbol kata Islam tidak perlu ditampakkan tetapi yang paling penting adalah substansinya benar-benar memuat ajaran Islam. Prodi-prodi yang ada muatannya adalah Islam," jelas Prof. Ismail Lutfi.

Dia menambahkan bahwa Pekalongan menggunakan sosok K.H. Abdurrahman Wahid sebagai nama yang tepat bagi sebuah universitas agar mendalami nilai-nilai pluralis dan keberagaman pada sosok Presiden Indonesia yang ke-4 tersebut, khususnya bagi sivitas akademika UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan. (way)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: