Kisah Penyintas Covid-19 yang Sembuh, Bagikan Kisah Melalui YouTube agar Dijadikan Pelajaran untuk Masyarakat
Taufan Asianto (38), salah seorang warga Kota Pekalongan penyintas Covid-19 dan sempat menjalani perawatan selama 15 hari di rumah sakit. Pria yang berprofesi sebagai pengusaha ini tak malu untuk menceritakan pengalamannya terpapar virus Corona melalui medsos dan kanal youtube.
"Silakan, Mas. Dibuka saja selengkap-lengkapnya, hehehe," jawab Topan, sapaan akrab Taufan Asianto menanggapi permintaan izin dari Radar Pekalongan ketika akan menulis identitas lengkapnya sebagai salah satu penyintas Covid-19.
Ya, Topan merupakan salah satu mantan pasien Covid-19 di Kota Pekalongan yang kini telah dinyatakan negatif dan sembuh setelah menjalani perawatan selama 15 hari di rumah sakit.
Dia merupakan satu dari banyak penyintas Covid-19 yang secara terbuka menceritakan ke masyarakat luas kalau terkena virus tersebut. Bahkan, bapak satu anak ini membagikan kisahnya dari awal dia sakit, menjalani perawatan, sampai dinyatakan sembuh dan pulang ke rumah.
"Saya sengaja bagikan pengalaman saya kena Covid-19 di youtube dan medsos agar bisa dijadikan tambahan wawasan bagi rekan-rekan semua agar menyadari bahwa virus corona ini memang benar-benar ada dan sangat berbahaya. Harapannya agar rekan-rekan dan masyarakat luas yang belum terkena virus ini jangan sampai terkena. Agar semuanya patuh protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah. Karena kalau sudah kena itu sakitnya luar biasa," ungkapnya.
Topan menceritakan, kisahnya itu dimulai pada Sabtu, 12 September 2020. Hari itu, dia merasakan tidak enak badan. Suhu badan panas, sesak nafas, dan kepala pusing. "Rasanya nggak karu-karuan. Kepala pusing, nafas sesak, kemudian saya thermometer panasnya sampai 39,5," ujarnya.
Keluhan tersebut dia rasakan berulang kali. Kadang pulih, kadang kambuh. Kondisi seperti itu dia rasakan selama kurang lebih lima hari, dan masih bertahan di rumah.
Begitu merasa kalau kondisi badannya tidak semakin membaik, Topan lantas memutuskan untuk periksa ke dokter. Oleh dokter, disebutkan diagnosa awal kalau dirinya terkena radang tenggorokan.
"Begitu dikatakan saya kena radang tenggorokan, saya merasa plong. Saya dikasih tiga macam obat. Salah satunya Sanmol, obat penurun panas. Yang dua lagi saya lupa," ungkapnya.
Usai periksa ke dokter, dia meminum obat yang didapat dari dokter. Bahkan setiap 15-20 menit, Topan mengaku selalu memeriksa suhu tubuh dengan thermogun. Panasnya ternyata masih di atas 39 derajat celcius. Begitu meninum obat penurun panas, panas tubuhnya agak sedikit menurun, menjadi 38 sampai 37,5.
Namun, Topan merasa badannya tak kunjung membaik. Tidur pun tidak nyenyak. Sebentar terlelap, sebentar bangun. "Saya tidur hanya setengah jam, lalu bangun, tidur lagi 15 menit, bangun lagi. Selalu begitu, badan tidak karuan, demam, menggigil," katanya.
Kondisi tersebut dirasakan sampai sehari berikutnya. Topan lantas berkonsultasi dengan salah seorang kakak iparnya yang kebetulan seorang dokter. Oleh kakak ipar, dia disarankan untuk segera melakukan cek darah.
Pada 19 September, Topan lantas menghubungi salah satu laboratorium klinik di Kota Pekalongan untuk cek darah. Petugas dari lab klinik itu kemudian datang ke rumah untuk memeriksa.
"Saya dites komplit, mulai dengue, salmonela, rapid test juga. Hasilnya ternyata baik. Negatif tipus dan demam berdarah. Tetapi NLR saya tinggi," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: