Jadi Tradisi Tahunan, Ribuan Masyarakat Ikuti Sawur Koin hingga Grebeg Gunungan Kirab Budaya HUT Batang

Jadi Tradisi Tahunan, Ribuan Masyarakat Ikuti Sawur Koin hingga Grebeg Gunungan Kirab Budaya HUT Batang

KIRAB - Kirab Budaya dalam Peringatan HUT Kabupaten Batang ke-58, mulai dari kirab tombak abirawa, suwur koin hingga grebeg gunangan-Radar Pekalongan/Novia Rochmawati-Radar Pekalongan

BATANG, RADARPEKALONGAN.DISWAY.ID - Ribuan masyarakat BATANG dan sekitarnya tumpah ruah menyaksikan rangkaian Kirab Budaya dalam rangka HUT Kabupaten BATANG ke-58. Kirab yang dimulai dari Pendopo Kabupaten BATANG hingga menyusuri titik jalan utama BATANG ini disambut antusias warga. Bahkan warga juga turut memeriahkan Sawur Koin hingga Grebeg Gunungan hasil pertanian yang telah disiapkan. 

Tak hanya itu Kirab Budaya ini juga menampilkan budaya lokal dan kesenian Kabupaten Batang. Pasukan kirab yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat ini membawa 11 pusaka lainnya, termasuk Kyai Payung Tunggul Naga. Mereka berjalan bahu-membahu, menunjukkan kekompakan dan keberagaman yang menjadi ciri khas Kabupaten Batang. Kemegahan lima kereta kencana yang dihiasi dengan ornamen tradisional menjadi pusat perhatian. 

BACA JUGA:Banyak Pelajar Antusias Ikuti Siaga, Pj Bupati Batang Berharap Kegiatan Pramuka di Sekolah Tetap Berjalan

Pj Bupati Batang, Lani Dwi Rejeki menyebut Sawur merupakan simbol kesejahteraan kirab budaya diramaikan dengan tradisi uang sawur koin dan beras kuning yang dilakukan oleh Penjabat Bupati Batang. 

“Jumlah koin Sawurnya saya ndak tahu pastinya berapa. Tapi itu sebagai bagian salah satu kelengkapan, kirab yang artinya simbol kesejahteraan khususnya sandang dan pangan,” ujar Ibu Lani Dwi Rejeki, Kamis 25 April 2024  

Masyarakat yang beruntung mendapatkan uang koin dari sawur tidak hanya melihat nilai materinya, tetapi juga memohon barokah dari Allah.

BACA JUGA:Tradisi dan Budaya Lokal Siap Meriahkan Kirab Budaya HUT Batang ke-58

"Ini menunjukkan bahwa kirab ini memiliki dimensi spiritual yang mendalam bagi mereka dalam nguri-uri budaya Jawa," ungkap Lani Dwi Rejeki," jelasnya. 

Lani Dwi Rejeki menyatakan secara umum kirab dari tahun ke tahun memiliki kesamaan, yaitu mengirab tombak Abirawa dan peserta yang menggunakan pakaian berbagai adat Jawa dan nusantara. 

"Kita menggunakan pakaian khas Batang, kirab ini juga menjadi sarana untuk nguri-uri budaya Jawa, mengingatkan masyarakat akan pentingnya melestarikan warisan leluhur." imbuhnya. 

BACA JUGA:Selamat, Pemkab Batang Raih Peringkat 3 Kabupaten Kota Hemat Energi dan Air di Jawa Tengah

Lani juga menambhakan bahwa  Batang sudah berusia 58 tahun, banyak perjuangan telah dilakukan oleh para pendahulu, yang wajib diteruskan oleh generasi berikutnya.

"Harapannya, kirab ini akan menginspirasi masyarakat untuk terus berkontribusi dalam pembangunan daerah, menuju masa depan yang lebih sejahtera dan maju," pungkasnya. (nov)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: radar pekalongan