BATANG - Kabupaten Batang menjadi salah satu wilayah paling progresif dalam mendukung program nasional pembangunan Koperasi Desa Merah Putih (KDMP), yang serentak digelar dari Sabang hingga Merauke. Peletakan batu pertama pembangunan fisik koperasi dilakukan di Desa Sembojo, Kecamatan Tulis, Jumat (17/10/2025).
Kegiatan ini menjadi bagian dari pilot project nasional untuk memperkuat ekonomi masyarakat akar rumput melalui sistem koperasi desa yang mandiri dan berdaya saing.
Dandim 0736/Batang Letkol Inf Andika Baroto Chrishastantyo menegaskan, Batang menjadi salah satu kabupaten paling aktif di bawah koordinasi Kodam IV/Diponegoro.
“Di wilayah Batang ini ada tujuh titik yang akan melaksanakan groundbreaking dari total sekitar 248 titik di wilayah Kodam IV. Awalnya hanya lima, tapi semalam bertambah dua titik lagi,” ujarnya.
Selain di Sembojo, titik pembangunan koperasi lainnya tersebar di Denasri Lor, Cepokokuning, Sumberejo, Simpar, Jalan Tersono, dan Plelen Gringsing.
Menurutnya, pembangunan dilakukan bertahap dengan dorongan agar desa-desa lain segera menyiapkan lahan strategis.
“Kalau ada kendala bisa dikomunikasikan, misalnya menggunakan tanah Kodam atau aset desa. Kita ingin program ini berjalan cepat agar segera dimanfaatkan masyarakat,” tegasnya.
Desain bangunan koperasi akan dibuat seragam secara nasional dengan ukuran sekitar 20x30 meter di atas lahan 1.000 meter persegi, dilengkapi area parkir dan fasilitas pendukung.
“Bentuknya sama dari Sabang sampai Merauke, kecuali di wilayah perairan. Harapannya koperasi ini jadi pusat aktivitas ekonomi masyarakat desa,” ungkap Dandim.
Ia menambahkan, program Koperasi Merah Putih bertujuan menjembatani kesenjangan ekonomi antara desa dan kota.
“Kalau mau beli popok, beli hasil pertanian, semua bisa di koperasi desa. Jadi roda ekonomi berputar di desa itu sendiri,” katanya.
Dandim menargetkan, tahap pertama pembangunan di Batang rampung pada Januari 2026, agar koperasi segera beroperasi melayani warga.
Sementara itu, Wakil Bupati Batang, Suyono, menegaskan pentingnya integritas dan kejujuran dalam pengelolaan koperasi.
“Koperasi boleh simpan pinjam, boleh perdagangan, tapi pengurus dan anggotanya harus jujur. Jangan sampai seperti koperasi masa lalu yang mati suri karena disalahgunakan,” ujarnya.
Ia mencontohkan sistem koperasi di lingkungan TNI-Polri yang tetap berjalan sehat karena disiplin dan kepercayaan tinggi antaranggota.
“Di desa saya, ada koperasi yang bisa meminjamkan sampai Rp50 juta tanpa agunan, hanya berdasarkan kepercayaan. Itu sangat membantu masyarakat kecil,” jelasnya.
Suyono menegaskan, koperasi ini harus benar-benar membawa manfaat bagi warga desa.
“Negara sudah hadir, dananya dari pusat. Tinggal bagaimana kita menjalankannya dengan semangat gotong royong dan tanggung jawab bersama,” tegasnya.
Ia berharap Koperasi Merah Putih menjadi motor kebangkitan ekonomi desa, sekaligus simbol semangat gotong royong dan kemandirian lokal.
“Kalau semua warung, petani, dan pekerja bisa dikoperasikan, maka desa akan maju, masyarakat sejahtera, dan Indonesia menjadi negara hebat,” pungkasnya. (Nov)