"Tingkat keberhasilan saat musim seperti ini kecil. Risiko gagal panen, terutama untuk tomat, jauh lebih tinggi," ungkapnya.
Ia menjelaskan, penyakit tanaman seperti phytophthora cenderung mudah menyerang saat curah hujan tinggi. Penanganannya pun menjadi sulit, terutama di lahan dengan ketinggian rendah.
"Kalau lahannya miring ke timur dan punya MDPL yang lebih baik, biasanya tanaman masih bisa bertahan karena sinar matahari tetap masuk meskipun hujan ekstrem," katanya.
Secara umum, harga tomat biasanya mencapai puncaknya pada bulan Desember hingga Februari, mengikuti pola tahunan ketika pasokan menurun akibat cuaca basah. Namun, tahun ini lonjakan harga sudah mulai terasa lebih awal.
Sementara itu, penyuluh Disperindag Kabupaten Pekalongan, Heri Purnomo, mengatakan, Disperindag bersama Bagian Perekonomian Setda telah melakukan pantauan di pasar.
Menurutnya, ada kenaikan harga untuk sayuran, terutama cabai dan tomat.
"Kenaikan itu dari pemasoknya. Akibat curah hujan tinggi, produktivitas dan kualitas cabainya kurang bagus. Banyak cabai busuk," kata dia.
Untuk harga cabai setan, lanjut dia, di kisaran Rp 30 ribu perkilo hingga Rp 35 ribu perkilo. Sementara untuk cabai besar, di kisaran Rp 50 ribu perkilo hingga Rp 55 ribu perkilo.
"Kenaikan ini masih di bawah HET cabai, yakni Rp 57 ribu perkilo," ujar dia.
Meskipun ada kenaikan harga sekitar 5 persen, namun permintaannya masih normal. Harga tomat juga ikut naik di kisaran Rp 10 ribu perkilo hingga Rp 12 ribu perkilo.
"Kenaikan cabai yang paling lumayan terasa nendang," tandasnya.
Oleh karena itu, Pemkab Pekalongan melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian berupaya untuk menstabilkan harga cabai. Salah satunya melalui bazar cabai di Tirto pada Jumat besok.
"Cabainya nanti langsung didatangkan dari pemasok dari Temanggung," kata dia.
Disinggung apakah kenaikan beberapa komoditas sayuran ini akibat lonjakan kebutuhan untuk MBG, ia mengatakan, untuk sayuran tidak ada kaitannya dengan MBG. Namun, faktor pemicunya adalah pengaruh cuaca ekstrem.
"Untuk sayuran, MBG tidak belanja di pasar tradisional di Kabupaten Pekalongan. Biasanya langsung ke petani atau pemasok karena sayurannya ada standarnya tersendiri," katanya.
Ditambahkan, lonjakan harga yang terasa signifikan dan berlangsung cukup lama adalah untuk komoditas telur.