Dampak Covid-19, Omset Penjualan Krupuk Rambak Turun 60 Persen

Sabtu 09-05-2020,15:00 WIB

*Kini, Sehari Hanya Produksi 300 Dus

DIJUAL KEMBALI - Gunakan sepeda motor, Umi Mukharromah warga Galih

tampak membeli krupuk rambak khas Pegandon yang akan dijualnya kembali.

KENDAL - Produksi kerupuk rambak di Desa Penanggulan, Kecamatan Pegandon, juga tak luput dari dampak pandemi virus corona (covid-19). Akibatnya omset penjualannya turun hingga 60 persen. Padahal di bulan Ramadhan hingga Lebaran biasanya masa paling ramai permintaan kerupuk khas Kendal ini. Rumah-rumah pembuat kerupuk rambak pun biasanya disibukkan para pekerja karena harus memenuhi banyak permintaan.

Kondisi Ramadhan kali ini jauh berbeda. Suasana kampung tampak lengang. Tidak terlihat kesibukan para pekerja di rumah-rumah pembuat kerupuk rambak. Seperti terlihat di rumah Hj. Sri Mulyani yang memproduksi kerupuk rambak Citra Rasa. Hanya ada 3 orang pekerja yang sedang membungkus kerupuk dalam dus.

Pekerja krupuk rambak citra rasa Samsudin mengatakan, dampak adanya pandemi virus corona sangat terasa. Produksi kerupuk rambak mengalami penurunan sekitar 60 persen dibanding sebelum terjadi wabah virus corona. Biasanya tiap hari, di pagi, sore dan malam hari ada aktivitas produksi rambak, namun saat ini hanya dua hari sekali melakukan produksi.

"Sekarang produksi sehari hanya 300 dus, itupun tidak setiap hari. Kalau sebelum terjadi wabah virus corona, rutin setiap hari bisa produksi 500 dus lebih," katanya, Jumat (8/5).

Pemasaran kerupuk rambak Pegandon hampir di seluruh Indonesia. Orang akan mudah mengenali dengan kemasannya yang khas menggunakan kardus yang ditempeli stiker merek. "Di Kendal cukup banyak outlet dan toko yang menjual kerupuk rambak," ungkapnya.

Awalnya kerupuk rambak lebih banyak dibuat dari kulit kerbau, karena kulitnya tebal. Tapi seiring dengan langkanya hewan kerbau, maka lebih banyak membuat kerupuk rambak dari kulit sapi. Kulit sapinya sudah ada yang mengirim, di antaranya dari Semarang, Batang dan Pekalongan serta Kendal sendiri.

"Kalau kulit sapi yang baik sapi jantan, karena lemak di kulitnya lebih sedikit, jadi kulitnya lebih tebal," tandasnya.

Perajin krupuk rambak Citra Rasa Sri Mulyani mengatakan, akibat dampak covid 19, dan pemberlakuan kebiajakan PSBB di sejumlah daerah membuatnya tak lagi bisa mengirimkan krupuk rambak produksinya ke pembelinya.

"Untuk pembeli yang berada di daerah yang berlakukan PSBB tentu pengirimannya jadi terhambat. Namun pembeli yang berada di wilayah Kendal dengan pembelian banyak akan diantarkan langsung ke rumahnya," katanya.

Salah seorang pembeli Umi Mukharromah warga Galih mengatakan, krupuk rambak Citra Rasa yang dibelinya untuk dijualnya kembali. Krupuk rambak yang dibelinya tak hanya dijual untuk di Kendal saja, melainkan juga hingga ke Pemalang. Permintaan krupuk rambak yang jadi khasnya Pegandon ini cukup banyak lebih lagi di bulan Ramadan dan jelang Lebaran.

"Beberapa hari lalu beli 40 dus krupuk rambak dan diantar langsung perajinnya ke rumah. Karena yang minta banyak, ini saya beli lagi 10 dus krupuk rambak langsung di peranjin. Semua 50 dus krupuk rambak akan dijual ke pemalang," katanya. (lid)

Tags :
Kategori :

Terkait