Sample Coklat Stik 'Mermaid' Dikirim ke Laboratorium di Semarang

Sabtu 27-04-2019,13:49 WIB

*Kasus Dugaan Keracunan akibat Coklat Stik

KOTA - Jajaran Polres Pekalongan Kota masih terus menyelidiki kasus keracunan yang menimpa dua anak yang diduga disebabkan oleh coklat stik. Penyelidikan dilakukan untuk memastikan apakah keracunan tersebut memang disebabkan oleh coklat dimaksud atau bukan.

MEMINTA KETERANGAN - Petugas kepolisian sedang meminta keterangan dari pemilik warung sebagai saksi atas dugaan kasus keracunan yang menimpa dua anak yang diduga akibat mengonsumsi coklat stik, Kamis (25/4). (Dok Polres Pekalongan Kota)

Kapolres Pekalongan Kota AKBP Ferry Sandy Sitepu menuturkan, sampel coklat sudah dibawa Dinas Kesehatan ke laboratorium di Semarang untuk diperiksa. Reskrim Polda juga sudah turun membantu penyelidikan dan akan mendalami masalah coklat mermaid dimaksud.

"Kami juga sedang menunggu hasil pemeriksaan darah korban yang masih dirawat untuk menentukan ada kandungan zat apa yang patut diduga penyebab korban sakit," jelas AKBP saat dihubungi Radar Pekalongan, Jumat (26/4).

AKBP Ferry menambahkan, sejak Kamis (25/4) pihaknya juga sudah meminta keterangan sejumlah saksi, baik itu saksi korban, keluarga korban, maupun pemilik warung yang menjual jajanan coklat tersebut. Si pemilik warung tersebut dimintai keterangan sebagai saksi.

Kapolres mengungkapkan berdasarkan keterangan yang didapat anggota Reskrim dari M (53), pemilik warung, didapatkan informasi kalau saksi pada Selasa (23/4) sekira pukul 07.00 WIB kulakan coklat mermaid itu di sebuah kios di area pasar darurat Sorogenen. Saksi kulakan sebanyak satu renteng isi 10 bungkus seharga Rp4.500. Bahwa dari 10 bungkus tersebut telah laku tujuh bungkus dan masih sisa tiga bungkus.

Dari ketujuh bungkus itu, masing-masing satu bungkus dibeli Jessica (korban yang meninggal dunia, red), Safia (korban yang masih dirawat di RS, dan satu teman korban pada Rabu (24/4) pukul 17.00. Sedangkan empat lainnya telah dibeli anak lain di hari yang sama pada siang harinya.

Belakangan, dua anak yang membeli coklat tersebut, yakni Jessica dan Syafia sekitar satu jam setelah mengonsumsi coklat dimaksud, mengeluh mual dan pusing-pusing sampai mengalami muntah-muntah. Selain kedua anak tersebut, anak-anak lain yang membeli coklat itu tidak mengalami gejala keracunan. Diketahui pula kalau saksi kulakan coklat stik tersebut untuk dijual kembali di warung miliknya baru sekali ini saja. Sebelumnya belum pernah menjual coklat dimaksud.

Guna mengantisipasi dan menghindari terulangnya kejadian yang sama, Kapolres AKBP Ferry mengimbau seluruh masyarakat Kota Pekalongan untuk mengawasi anak-anaknya untuk tidak membeli jajanan secara sembarangan. Sembari menunggu kepastian hasil lab, masyarakat diimbau sementara ini untuk menghindari jenis jajanan dimaksud.

Diberitakan sebelumnya, diduga akibat keracunan setelah mengonsumsi jajanan jenis coklat stik, seorang anak, Jessica (5), warga Kelurahan Panjang Wetan, Gang 1, RT 7/7, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan meninggal dunia, Kamis (25/4) dini hari. Sementara satu anak lainnya, Syafia (5), juga warga Panjang Wetan, hingga Kamis (25/4) masih menjalani perawatan intensif di RSU Budi Rahayu Pekalongan.

Dokter Spesialis Anak di RSU Budi Rahayu yang menangani Syafia, dr Shiren Amalia SpA, Kamis (25/4) menuturkan pasien tersebut mengalami intoksikasi atau keracunan. Namun pihaknya masih mendiagnosa kemungkinan-kemungkinan lainnya.

"Leukosit pasien ini meningkat jadi 16 ribu. Normalnya di bawah 14 ribu. Ini masih kita cari apakah mungkin ada penyakit lainnya. Di gejala serupa, muntah-muntah bisa juga karena infeksi saluran kencing," paparnya, didampingi Humas RSU Budi Rahayu, Haryo.

Dokter Shiren menuturkan, bisa jadi memang intoksikasi tersebut disebabkan oleh coklat yang dimakan yang dimakan si pasien. Apalagi gejala yang dialami muncul setelah memakan coklat dimaksud. Ditambah lagi ada korban lain yang mengalami hal sama. "Merasa pusing, berkeringat, kemudian muntah-muntah," katanya.

Dia menambahkan, setelah menjalani perawatan intensif, kondisi pasiennya sudah membaik. "Kondisinya sudah baik, kesadarannya penuh, bisa diajak bercanda, bisa diajak berkomunikasi dengan baik, tidak muntah-muntah lagi. Untuk keluhan nyeri perutnya juga sudah berkurang," ungkapnya.

Dokter Shiren juga menjelaskan bahwa intoksikasi atau keracunan bisa berakibat fatal apabila terlambat ditangani medis. Pihaknya mengimbau, jika masyarakat menemukan kasus yang sama, korban sesegera mungkin dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis. (way)

Tags :
Kategori :

Terkait