KAJEN - Ratusan anak yatim piatu, kaum duafa, dan difabel di Kabupaten Pekalongan buka bersama dengan Shinta Nuriyah Abdurahman Wahid di Aula Lantai I Setda, Senin (13/5) petang.
Bupati Pekalongan Asip Kholbihi usai kegiatan, menyatakan, kegiatan buka puasa bersama dengan Shinta Nuriyah Abdurahman Wahid diikuti oleh anak yatim piatu, nelayan, buruh, lintas agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, lintas ormas, dan lainnya. Mereka mendengarkan tausiyah dari Shinta Nuriyah Abdurahman Wahid. "Yang intinya adalah untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa," terang dia.
Shinta Nuriyah dalam kesempatan itu menekankan pentingnya memelihara kebhinekaan dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Shinta Nuriyah, Ibu Negara ke-4 ini menuturkan, selama mendampingi Gus Dur menjadi Presiden RI keempat sudah melakukan kegiatan sahur bersama dengan kaum marginal seperti tukang becak, bakul pasar, pengamen, dan sebagainya. Sahur bersama juga dilakukan bersama para tahanan di Lapas. Kegiatan sahur bersama, kata dia, juga pernah dilakukan di Kabupaten Pekalongan.
"Saya kebiasaan selama Ramadan bersilaturahmi dengan kaum duafa, berbagi kehangatan, berbagi pengalaman, dan berbagi secercah rezeki dari Allah SWT, dan juga mengingatkan kepada mereka untuk menjalankan ibadah puasa dengan sebaik-baiknya," ujar Shinta Nuriyah, usai kegiatan bukber, kemarin petang.
Ia juga mengaku membawa misi tentang kebhinekaan, mempererat tali persaudaraan kepada semua anak bangsa. "Saat ini yang ditekankan adalah bagaimana kaum muslimin khususnya memaknai puasa itu dengan lebih rinci lagi, dan mengamalkan apa yang diajarkan puasa kepada kita. Itu semua untuk membentengi kita yang sekarang ini sedang terkena virus kebencian," ujar dia.
Dikatakan, virus kebencian ini sekarang sedang merajalela dimana-mana, di hati anak bangsa Indonesia ini. Menurutnya, Pemilu sudah berakhir tapi virus-virus itu masih ada. Untuk membentengi semua itu, ia berusaha memperkuat mereka, dengan memperkuat keimanan, ketakwaan, kesabaran, kejujuran, dan sebagainya supaya diimplementasikan, dan terutama persaudaraan harus dipegang dengan kuat.
"Dengan persaudaraan bisa membentengi diri kita dari perepecahan dan bisa menyaring hoaks-hoaks di masyarakat. Makanya temanya itu 'dengan ibadah puasa kita padamkan kobaran api kebencian'. Puasa mengajarkan tentang moral dan budi pekerti yang luhur. Dengan moral dan budi pekerti yang luhur itu jika diamalkan dalam kehidupan sehari-hari terutama kesabaran, ketakwaan, saling menghormati, dan menghargai Insya Allah kita bisa meredam kobaran api kebencian," tandasnya. (ap5)