KENDAL - Tingginya harga kedelai ternyata tidak berpengaruh terhadap penjualan kedelai di Kota Kendal. Hal ini seperti dialami Primer Koperasi Tahu Tempe (Primkopti) Harum di Kota Kendal, yang pembelinya sebagian besar para perajin tahu dan tempe di Kota Kendal dan sekitarnya, seperti wilayah Kecamatan Cepiring, Patebon, dan Brangsong.
Bagian Pemasaran Primkopti Harum TPK Unit Kendal, Roni mengatakan, dengan naiknya harga kedelai yang terus merangkak sejak Agustus hingga saat ini, penjualan kedelai tetap stabil, rata-rata 5 ton per hari. Bahkan terkadang mengalami sedikit peningkatan di atas 5 ton per hari.
Pada Agustus lalu harga kedelai sebesar Rp 12.100 per kilogram, dan terus merangkak naik hingga saat ini mencapai Rp 12.850 per kilogram. "Khusus di Primkopti TPK Unit Kendal, penjualan kedelai masih stabil, meski harga naik terus," katanya, Jumat (30/9/2022).
Dikatakan, stabilnya penjualan kedelai karena para pelanggan kedelai tidak mengurangi pembeliannya. Hal ini bisa dikarenakan konsumsi tahu dan tempe di masyarakat masih tetap, sehingga produksi komoditas ini pun tetap stabil.
Seperti dikatakan Imronah, perajin tempe di Kelurahan Kebondalem Kendal, bahwa produksi tempe masih tetap stabil untuk memenuhi pelanggannya. Bahkan jika ada pesanan, otomatis tempe yang dibuat semakin bertambah. "Penjualan tempe tidak turun, bahkan kalau banyak yang pesan ya penjualan naik," ujarnya.
Demikian pula Ahmad Haris, perajin tempe dari Desa Kebonharjo, Kecamatan Patebon, menyebut produksi tempe masih stabil. Ia yang menjual sendiri produksi tempe buatannya secara keliling, per hari rata-rata 15 kilogram kedelai. Menyusul naiknya harga kedelai, untuk sementara para perajin tempe tidak menaikkan harga, namun hanya mengurangi sedikit ukuran. Pasalnya, kebanyakan pelanggan akan protes, jika harga tempe dinaikkan, sehingga cukup dikurangi sedikit ukurannya. "Iya, sudah kurangi sedikit ukurannya, tapi harganya tidak naik," katanya.(lid)