People Power yang sedang populer didengungkan oleh para politisi sesungguhnya adalah muatan silaturahmi yang negatif, namun jika itu dimaknai sebagai kekuatan massa dalam berkumpul untuk mengagungkan Allah dan menyambung hubungan ahlak mulia antar sesama manusia maka itu adalah pentingnya silaturahmi.
Demikian disampaikan KH M Afnan Hafidh, Syuriah PCNU Kab Pekalongan saat mengisi hikmah Tarawih dan Silaturahmi (Tarhim) keliling putaran ke tiga di Masjid Jami' Al Bidh, Desa Pait, Kec Siwalan Kabupaten Pekalongan, Sabtu (25/5).
Menurutnya, people power di Jakarta muatannya keliru, tapi kalau people power di Masjid Jami' Al Bidh ini muatannya benar, berdzikir dan saling bertemu dari seluruh lapisan masyarakat.
KH Afnan memaparkan sumber muatan yang salah adalah ambisi dan hawa nafsu yang selalu menolak perintah Allah dan ajakan Rosululloh. "Muatan itu bisa apa saja asal benar, sama sama di bawa oleh mobil atau kendaraan, maka jika muatan salah walau kendaraan bagus akan cepat merusak kendaraan yang membawa, akan tetapi jika muatan benar, kendaraan akan tampil dengan benar dan berjalan di jalan yang benar," terangnya.
Dia menjelaskan perbedaan diksi walimah dan resepsi. Walimah dalam operasional nya tidak ada unsur kemungkaran, berbeda dengan resepsi dalam operasional nya bisa dimungkinkan ada kemungkaran.
Maka, menurut KH Afnan, kekuatan umat Islam tidak hanya ditopang oleh anggota yang sholih saja, namun juga orang orang tolih.
"Setiap orang sholih akan giat menggerakkan kesholihannya karena ada tampilan dan gerakan dari orang orang tolih (Jahad). Artinya kejahatan membuat orang orang sholih kuat dalam melakukan gerakan gerakan baik itu mencegah ataupun memberikan rasa aman dan nyaman bagi orang orang yang bertobat dari perbuatan Jahad tersebut," paparnya.
Oleh karena itu, KH Afnan menghimbau agar silaturahmi dijadikan people power untuk saling mendukung, mengenal dan mencintai semua mahluk nya Allah agar kedamaian dan keselamatan bisa diperoleh di dunia dan di akherat berkah silaturahmi. " Siapapun kelompok yang menentang dan menantang, harus disikapi dewasa agar umat Islam khususnya NU mampu menjadi solusi dalam keteladanan silaturahmi baik di keluarga maupun berbangsa dan bernegara", pungkasnya. (sep)