Berita lainnya: Innalilahi, Balita 2 Tahun di Pekalongan Tewas Tenggelam di Kolam Ikan Koi Depan Rumahnya
Namun, ketika bertemu dengan ibu Siti, perasaan untuk pisah itupun langsung hilang, bahkan rasa cinta kembali muncul.
Penolakan Warga
Rumah tangga pasangan poliandri ini sendiri ternyata mendapat penolakan oleh warga. Namun mereka bertiga mengaku bahwa mereka lah yang memaksakan diri untuk tinggal bersama dalam satu rumah.
Akibatnya, mereka kerap hampir diusir oleh warga gegara praktik poliandri yang dinilai tak wajar di kampung tersebut.
"Ada warga mengaku kami mencemarkan nama kampung. Tapi da gimana lagi, ga punya tempat lain lagi," ujar Pak Somad.
Mereka menyadari bahwa praktik poliandri yang dijalani selama ini memang tidak lazim, sehingga wajar bila ada warga yang merasa keberatan.
Jualan Bensin
Disisi lain, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, pasangan poliandri yang tinggal satu rumah ini mencari nafkah bersama-sama.Yaitu dengan membuka warung kecil dan berjualan bensin.
Setelah mendengar penuturan pasangan tersebut, Ki Bungsu Kawangi pun mengakui bahwa apa yang dilakukan Bu Siti dan kedua suaminya itu tidak masuk akal.
"Seorang pria aja yang memiliki dua istri dan bisa akur saja sudah susah. Lah ini suaminya dua, satu tempat tidur, tapi bisa akur. Jadi ini kalo dibilang gak masuk akal, gak masuk akal lah," ungkap Ki Bungsu Kawangi.
Karena saking penasaran dan ingin tahu, Ki Bungsu Kawangipun menanyakan resep khusus keluarga Bu Siti bisa akur dan harmonis.
"Punya resep khusus atuh, saya mah kalo polosan mana mungkin," ujar Ki Bungsu Kawangi.
Namun Ibu Siti membantah jika ada resep khusus dalam menjalani hubungan dengan dua suaminya itu.
"Sekarang mah gak ada, polosan," tutup Ibu Siti. (*)