"Setelah melihat kecantikan Nyi Rantamsari, ternyata Tumenggung Bahurekso justru terpikat. Sebagai penggantinya, dipilihlah Endang Wirati untuk menjadi permaisuri Sultan Agung," jelasnya.
Setelah sampai di Keraton Mataram, dan disambut dengan meriah. Namun keanehan pun terjadi, Endang Wirati langsung pingsan begitu duduk di singgasana.
“Setelah ditanya oleh salah seorang pembesar keraton, ia mengaku bahwa nama sebenarnya Endang Wirati, putri dari Randinem penjual serabi. Dia diminta Tumenggung Bahurekso untuk menggantikan Nyi Rantamsari,” terangnya.
Mendengar hal itu, Sultan tak berkenan dan menghukum Tumenggung Bahurekso membuka hutan "Alas Roban".
Sedangkan Endang Wirati sendiri diminta kembali ke Desa Kalibeluk untuk meneruskan usaha ibunya. Hingga kini usaha tersebut dilestarikan oleh keturunannya secara turun temurun sampai pada Mundriyah, nenek dari Slamet Suud.
Surini perajin Serabi Kalibeluk lainnya, yang merupakan bibi dari Slamet Suud menuturkan, saat ini usaha tersebut masih dilanjutkannya bersama putrinya Wafakiyah.
"Ya anak saya nanti yang meneruskan mulai dari membuat adonan, mengolah sampai nyetak. Pembeli biasanya datang langsung, ada yang untuk hajatan atau oleh-oleh harganya Rp14 ribu per paketnya," kata Surini.
Cita rasa yang khas, membuat konsumen dari luar kota rela datang langsung ke tempat produksi. Biasanya pembeli yang datang akan mencoba Serabi Kalibeluk langsung di tempat pembuatannya, dan juga membawa pulang untuk oleh-oleh. (*)