RADARPEKALONGAN – Dari sekian banyak kisah Nabi Muhammad SAW, apakah kamu tahu tentang kisah pengemis di sudut kota Madinah yang hampir setiap hari bertemu dengan Rasulullah SAW?
Rasulullah SAW tentu memiliki sangat banyak kisah yang membuktikan betapa mulia beliau semasa hidup. Dia adalah manusia yang penyabar, tidak pernah marah, terlebih dendam.
Dari beberapa cerita yang membangun motivasi kita untuk menjadi insan yang lebih baik ada satu cerita yang juga pantas untuk diceritakan kembali.
Kisah ini sangat menyentuh dan mengharukan. Namun begitu, ada pesan moral yang bisa menjadi pelajaran juga bagi kita.
Untuk mengetahui kisahnya lebih lanjut, mari kita simak artikel berikut ini.
BACA JUGA: Kisah Sahabat Nabi yang Jarang Diketahui: Ukasyah dan Cambuknya untuk Rasulullah SAW
BACA JUGA: Pernah Hampir Menjadi Khalifah Pertama bersama Abu Bakar, Begini Kisah Sahabat Nabi yang Mengagumkan
Kisah pengemis di sudut kota Madinah
Alkisah, kisah pengemis di sudut kota Madinah ini bermula pada tahun 627 Masehi, terdapat seorang pengemis yang selalu duduk di sudut pasar kota Madinah.
Pengemis ini kurus, tubuhnya hanya terbalut kain lusuh dan kotor. Dia tidak pergi ke mana-mana, hanya saja kepalanya terkadang mengayun ke sana ke mari, mencari suara derap langkah yang setiap hari mendatanginya.
Ya, dia buta. Dan untuk mengetahui ada atau tidaknya seseorang yang mendatanginya, dia kan segera tahu dari langkah kakinya.
Kebetulan, tidak banyak orang Madinah yang mau mendekatinya, kecuali Nabi Muhammad SAW. Dan ketika Rasulullah SAW datang, pengemis itu selalu bersorak senang.
Pasalnya, Nabi Muhammad SAW tidak hanya datang untuk mengunjungi pengemis itu. Dia datang untuk menyuapi sang pengemis.
Padahal, setiap kali ada orang yang mendekatinya, pengemis itu selalu berkata kasar mengenai Nabi Muhammad SAW. Ia mengajak siapa pun yang bisa mendengar suaranya untuk menjauhi Muhammad.
"Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya." Pengemis yang belum memeluk Islam itu berkata setiap hari, pada setiap orang.