KAJEN - Sektor industri menengah di Kabupaten Pekalongan banyak yang kolaps. Nasib ribuan buruh pun kian memprihatinkan di tengah sempitnya lapangan kerja yang tersedia.
Pengurus DPC SPN Kabupaten Pekalongan, Tabiin, Rabu, 22 November 2023, mengungkapkan, persoalan di PT Pismatex hanya salah satu gambaran persoalan sosial di Kabupaten Pekalongan. Menurutnya, banyak perusahaan skala menengah yang sudah gulung tikar. Sisanya pun nasibnya banyak yang sudah kembang kempis.
"Ini (kasus Pismatex, red) menggambarkan persoalan sosial yang tengah terjadi di Kabupaten Pekalongan. Dampak sosial akibat persoalan ini sungguh luar biasa," ujar dia.
Sekitar 1600 pekerja ter-PHK tanpa pesangon. Ada beberapa diantaranya yang dipekerjakan dengan upah di bawah UMK. Yang sebenarnya ini pun merupakan bentuk pelanggaran karena membayar upah pegawai di bawah UMK. Namun itulah realitas yang terjadi.
Baca juga:Nasib 1600 Buruh PT Pismatex Pekalongan Mengenaskan
"Potensi di perusahaan lain pun sama, kondisinya banyak yang saat ini ketar-ketir," ungkap dia.
Dengan situasi buruh seperti itu, maka daya beli masyarakat menurun drastis. Imbasnya, banyak sektor perekonomian lainnya ikut terpukul. Seperti para pedagang yang biasa berada di sekitar pabrik.
"Yang dulunya bakul siomay sehari bisa dua-tiga kali datang habis, sekarang sekali mangkal saja ndak habis karena ndak ada yang beli," kata dia.
Tak hanya di PT Pismatex. Ia menyebut beberapa perusahaan serupa lainnya juga kolaps. Indratex sudah gulung tikar. Dupantex saat ini kembang kempis. Indikasinya bisa dilihat dengan belum dibayarkannya iuran BPJS di perusahaan ini selama tiga tahun.
"Panamtex kembang kempis juga. Lainnya juga banyak yang nasibnya hampir sama. Bahkan usaha konveksi rumahan juga banyak yang tutup sekarang," ujar Tabiin.
Baca lagi:Nasib Buruh Kian Ketar-Ketir
Dengan kondisi perusahaan menengah di Kabupaten Pekalongan yang memprihatinkan, ia berharap ada terobosan dari pemerintah untuk bisa membantu mengatasi persoalan yang ada. Sebab dampaknya akan sangat luar biasa bagi perekonomian masyarakat.
"Kami harapkan ada upaya serius dari pemerintah untuk merecovery perekonomian mereka," harapnya.
Dengan kondisi perekonomian seperti itu, lanjut dia, masa depan buruh suram. Buruh yang masih lajang ada cita-cita membangun mahligai rumah tangga bisa berantaka. Buruh yang sudah berkeluarga pun harus tetap menghidupi keluarganya dan menyiapkan anak-anak mereka untuk masa depan yang lebih baik.
"Yang lajang tentu ingin nikah. Yang punya anak, bagaimana bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga tinggi jika kondisi perekonomian lesu seperti ini. Ini diperlukan terobosan agar ada penyerapan tenaga kerja dan perbaikan ekonomi," tandasnya.