Kemarau, Hasil Produksi Gerabah Meningkat

Rabu 17-07-2019,15:17 WIB

KAJEN - Di musim kemarau seperti ini ternyata membawa berkah bagi para perajin gerabah di Kabupaten Pekalongan. Pasalnya, dengan tidak adanya hujan, maka proses pengeringan menjadi lebih cepat, sehingga membuat produksi gerabah juga meningkat dibandingkan saat musim penghujan. Salah satunya seperti yang terjadi di Dukuh Lengkong, Desa Wonorejo, Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan.

Gerabah sendiri merupakan kerajinan yang dibuat dari tanah liat, dan masyarakat setempat memanfaatkan tanah desa untuk memperoleh bahan bakunya.

Casri (59) pengrajin gerabah mengatakan, musim kemarau menjadi berkah tersendiri bagi usaha yang sudah digeluti secara turun menurun tersebut. Di daerah Wonorejo ada pembagian jenis atau bentuk kerajinan gerabah, seperti khusus membuat celengan, kendil, obongan menyan dan lain-lain.

Casri mengungkapkan, bahwa gerabah merupakan mata pencaharian utama yang diandalkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. "Saya sudah menjadi pengrajin gerabah selama kurang lebih 30 tahun dan saya meneruskan dari orang tua," ungkapnya, Rabu (17/7/2019).

Casri sendiri hanya dengan memproduksi gerabah yang dibentuk kendil atau tempat buat ari-ari bayi, dan untuk harganya perkendil Rp 4 hingga Rp 5 ribu.

"Dengan adanya musim kemarau ini produksinya meningkat, dan hasil produksi biasanya diambil oleh rumah sakit dan puskesmas yang ada di Kabupaten Pekalongan. Setiap hari saya bisa membuat 50 hingga 75 kendil. Tapi kalau kemarau bisa mencapai 150 kendil," ucapnya.

Casri juga menceritakan bahwa sekarang jumlah pengrajin di desa yang sempat terkenal dan menyandang sebutan dengan sentra produksi gerabah terbesar di Jateng itu hanya tersisa sedikit saja.

"Generasi muda sekarang tidak berminat pada kerajinan gerabah karena terdapat beberapa alasan, mulai dari gengsi, serta menganggap jika usaha tersebut tidak menjanjikan," jelasnya.

Namun sebenarnya jika dikelola dengan manajemen yang baik, usaha pembuatan gerabah cukup menjanjikan.

"Produksi gerabah semakin hari semakin memprihatinkan. Karena memang sangat sedikit generasi muda yang mau meneruskan kerajinan ini, dan membuat keberadaan gerabah di desa ini nyaris punah. Padahal, membuat gerabah yang paling gampang, hanya membutuhkan waktu lima menit saja. Semisal membuat kendil," tambahnya.

Casri menambahkan tidak dapat dipungkiri kalau pembuatan kerajinan gerabah butuh ketelitian. Mulai dari membuat adonan, membentuk pola, hingga masuk proses oven, harus dikerjakan secara teliti.

"Pembuatan gerabah terdapat banyak kendala yang harus dihadapi para pengrajin. Kendala tersebut mulai dari minimnya modal, dan proses pembuatan yang cukup menguras kesabaran," imbuhnya.

Tags :
Kategori :

Terkait