Setelah melihat gadis tersebut, Syekh Jenawi memiliki keinginan untuk langsung meminangnya.
Hari itu beliau sengaja menunggu sang gadis di sawah yang biasa dilewatinya, namun setelah menunggu sampai sore, sang gadis tidak kunjung datang.
BACA JUGA:Misteri Legenda Moksanya Prabu Brawijaya V di Gunung Lawu
Karena ada tugas mengajar, Syekh Kyai Jenawi bergegas pergi ke mushola untuk mengajar anak-anak mengaji.
Rencana Allah SWT sungguh indah, tidak bertemu di sawah, Syekh Jenawi dan sang gadis dipertemukan di mushola.
Saat itu juga beliau langsung bersyukur dan langsung mendekati sang gadis bermaksud menyampaikan hajatnya yang ingin meminang.
Atas izin Allah, proses meminang tersebut berjalan dengan lancar tanpa ada halangan apapun.
Singkat cerita, tak lama setelah menikah, Syekh Jenawi dan istrinya dikaruniai seorang anak.
Syekh Jenawi Mendirikan Dukuh Budaran
Belum genap satu tahun setelah kelahiran anaknya, dukuh Cokra diserang wabah yang mematikan.
BACA JUGA:Cerita Rakyat Wonosobo-Temanggung : 2 Gunung Kembar yang Ternyata Masih Adik Kakak
BACA JUGA:Mengeksplor Tuk Bima Lukar Dieng, Mata Air Peninggalan Hindu Kuno di Jawa Tengah
Banyak penduduk yang meninggal karena diserang wabah ini yang membuat mereka sangat gelisah.
Saat dimintai solusi oleh pendudukan, Syekh Jenawi merasa sudah waktunya bedol desa atau memindahkan pemukiman ke lahan lain.
Mendengar perintah dari Syekh Kyai Jenawi, para penduduk berbeda pendapat, ada yang setuju dan ikut bedol desa, ada pula yang berniat tetap tinggal di dukuh Cokra.
Syekh Jenawi bersama para penduduk yang setuju kemudian mulai membuka lahan hutan baru.