Selasa 28-01-2020,11:40 WIB

BERAKTIVITAS - Keseharian Ja'far ketika memproduksi penghapus Ramah lingkungan dari Limbah.

Keterbatasan tak menghalangi semangat sesorang untuk bertahan hidup. Meski secara fisik terbatas, M Ja'far tetap berkarya dan berkreativitas. Bahkan ia mampu menyulap limbah menjadi barang yang lebih bernilai guna. Seperti apa?

"Saya masih ingat ucapan guru saya, Meski kamu memiliki keterbatasan jangan sampai tangan kamu berada di bawah (meminta-minta)," tutur M Ja'far (38) saat diwawancarai Radar Pekalongan, usai kegiatan Launching Paguyuban UMKM Batang Bersatu (PUBBER) di Pendopo Batang, Senin (27/1).

Ja'far menjadi salah satu pelaku UMKM yang menjadi sorotan. Pasalnya, di tengah keterbatasannya sebagai penyandang disabilitas Tuna Daksa, ia tetap berkarya dan semangat berwirausaha. Ia pun kini tengah mengembangkan bisnis penghapus dari limbah. Warga Desa Wonokerto Kecamatan Bandar itu sudah hampir 2,5 tahun memproduksi penghapus dari limbah busa sofa.

Berwirausaha menjadi jalannya untuk tidak bermalas-malasan dan tetap semangat menjalani hidup. Terlebih Ja'far sudah memiliki satu orang anak, dan kini istrinya tengah mengandung anak kedua.

Dibantu ketiga rekannya, Ja'far mulai merintis usaha pembuatan penghapus dari limbah busa sofa. Ide bisnis ini dijalaninya setelah melihat cukup banyak limbah busa yang ada di sekitar lingkungannya.

Saat ini masih membuat secara manual sehingga Ia hanya mampu membuat 10 sampai 12 lusin dalam satu hari padahal diakuinya permintaan semakin ke sini semakin banyak.

Dikatakan Jafar dalam satu hari dengan penjualan 10-12 lusin penghapus tersebut mampu mendapatkan omzet penjualan Rp 350 ribu - Rp 400 ribu perhari.

"Jadi penghapus ini lebih ke White board. Meski begitu bisa juga dipakai di Black Board. Dan setelah kami uji dan berdasarkan pengalaman konsumen penghapus buatan kami memang terbukti awet. Dan untuk membersihkannya pun sangat mudah," jelasnya.

Diakuinya ia hanya memasarkan produknya secara door to door ke sekolah. Bahkan ia mengaku sudah 95 persen berkeliling ke seluruh sekolah yang ada di Batang.

"Saya diantar oleh rekan saya karena saya tidak bisa naik motor sendiri. Bisa dibilang 95 persen sekolah di Batang sudah saya jelajahi. Bahkan banyak sekolah yang akhirnya berlangganan dan puas dengan penghapus dari limbah busa ini," imbuhnya.

Meski begitu ia mengaku masih terkendala dengan kekurangan alat. Terlebih saat ini ia masih membuat penghapus secara manual. Ia berharap ke depan bisa memiliki perlatan yang lebih sesuai sehingga bisa memudahkan pekerjaannya. Ia pun tidak menampik masih ingin berinovasi dengan membuat produk baru.

Ja'far yang juga sebagai Ketua Organisasi Perkumpulan Penyandang Disabilitas Kabupaten Batang wilayah Kecamatan Bandar ini mengatakan bahwa penyandang disabilitas juga harus mampu bergerak untuk membuat karya yang memiliki nilai jual dengan tidak turun ke jalan dan memanfaatkan kekuarangan untuk meminta belas kasihan. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait