Shin Tae-yong melakukan perubahan signifikan dalam pemilihan pemain. Ia memilih formasi 3-4-3, memasang trio lini belakang Calvin Verdonk, Jay Idzes, dan Mees Hilgers.
Di lini tengah, Ivar Jenner dan Nathan Tjoe-A-On berduet sebagai gelandang, sementara Asnawi Mangkualam dan Shayne Pattynama mengisi posisi wing-back.
BACA JUGA:Gol Bahrain Dianulir? Keputusan Janggal Wasit Ahmed Al Kaf Disorot! FIFA Ungkap Fakta Mengejutkan!
Sedangkan trio penyerang diisi oleh Witan Sulaeman, Rafael Struick, dan Ragnar Oratmangoen.
Sayangnya, strategi tersebut justru berakibat buruk. Timnas Indonesia tampil kurang padu dan tertinggal dua gol lebih dulu di babak pertama.
China memanfaatkan celah di pertahanan Indonesia, dengan dua gol yang dicetak oleh Behram Abdueli dan Zhang Yuning.
BACA JUGA:Bedah Taktik China: Long Pass dan Duel! Timnas Indonesia Harus Kuat di Tengah untuk Raih 3 Poin
Ketiadaan gelandang pengatur permainan seperti Thom Haye membuat lini tengah Indonesia kehilangan kontrol.
Telat Panas dan Evaluasi Taktik
Meski di babak kedua Indonesia bermain lebih baik setelah masuknya Marselino Ferdinan dan Thom Haye, namun permainan tim asuhan Shin Tae-yong tidak cukup untuk membalikkan keadaan.
Thom Haye sempat mencetak gol di menit ke-86, namun waktu yang tersisa tidak cukup untuk mengejar ketinggalan.
BACA JUGA:Formasi Ideal Timnas Indonesia usai Kevin Diks Gabung, Lini Belakang Semakin Kokoh
Strategi pergantian pemain yang terlambat, termasuk masuknya Pratama Arhan pada menit ke-85, menjadi salah satu faktor kegagalan Indonesia.
China, di sisi lain, bermain lebih efektif meski hanya menguasai bola sebanyak 24%. Mereka fokus pada pertahanan solid dan berhasil mengulur waktu dengan berbagai taktik, termasuk drama di lapangan.
Pelajaran untuk Laga Selanjutnya
Kekalahan dari China ini memberi banyak pelajaran penting bagi Timnas Indonesia. Salah satu yang paling menonjol adalah pentingnya memilih line up terbaik dan tidak mencoba-coba strategi di laga krusial.