TIRTO, RADARPEKALONGAN.CO.ID - Intensitas hujan yang semakin tinggi di Pekalongan menjadi keprihatinan tersendiri bagi perajin batik. Pasalnya proses produksi menjadi tersendat akibat kurangnya sinar matahari.
Musim penghujan menjadi momok bagi para perajin batik di desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan. Pasalnya produksi batik menjadi tersendat karena tidak adanya panas matahari.
Hal tersebut disampaikan salah satu perajin, Nailul Ulum, Saat musim hujan tiba, proses pewarnaan dan pengeringan kain batik yang sudah dicap atau tulis akan menjadi sangat lama karena bergantung pada sinar matahari.
Alhasil, tak jarang para perajin batik itu musti mengalami penurunan produktivitas dan omset ketika musim hujan tiba.
"Ada sejumlah perajin batik di Pekalongan yang menggunakan cara lain seperti oven dengan kompor agar tak tergantung musim demi menjaga produktivitasnya namun biaya produksi menjadi membengkak," terang Ulum saat diwawancarai beberapa waktu lalu.
Ditambahkan Ulum, Musim hujan selama ini mempengaruhi produktivitas para perajin. Padahal akhir tahun dan bulan puasa yang tinggal menunggu bulan saja ini pesanan mulai bertambah.
"Biasanya kalau cuaca panas proses pewarnaan dan pengeringan batik hanya membutuhkan waktu satu hari saja. Kondisi musim hujan ini menjadi lebih lama sampai tiga hari untuk pengeringan, jadi biaya produksi juga lebih banyak," pungkasnya.