Unggas di Pekalongan Mati Mendadak, Diduga Terserang Flu Burung

Selasa 18-02-2025,09:56 WIB
Reporter : Hadi Waluyo
Editor : Dony Widyo

"Yang jadi masalah itu biasanya di prosesnya, mulai dari penyembelihannya, pembersihannya, minimal pakai masker, cuci tangan dan sebagainya," pesan dia.

Untuk pencegahannya, ia menekankan untuk tidak memasukkan ayam baru atau unggas baru ke kandang. Unggas baru ini seharusnya dikarantina dulu, atau tidak dicampur dengan unggas yang lama. 

"Jangan langsung dicampur, apakah itu dari pasar atau dari bakul harus dikarantina dulu sekitar dua minggu. Jika dua minggu aman, baru bisa dicampurkan," katanya.

Selain itu, lanjut dia, pemberian vitamin dan ramuan-ramuan herbal untuk unggas bisa dilakukan untuk menambah daya tahan unggasnya. 

"Di saat musim cuaca seperti ini seminggu sekali kandang perlu disemprot dengan disinfektan," tandasnya. 

Disinggung apakah flu burung bisa timbul tanpa gejala, ia mengatakan, masa inkubasi flu burung dari beberapa jam sampai dua minggu. Artinya, bisa jadi hari ini terinfeksi, besok unggas mati tanpa menunjukkan gejala. 

"Ketika kita lihat di dalamnya baru akan kelihatan. Biasanya gejalanya tampak biru-biru karena kurang oksigen, bisa jadi itu tidak terdeteksi, makanya lebih penting dengan pencegahan," ujar dia.

Drh Arif menganjurkan agar dalam satu kandang jangan diisi dengan berbagai macam jenis unggas. Sebab itu akan lebih rentan terserang flu burung. 

"Apalagi dalam suatu kandang itu ada bervariasi, berbagai macam jenis unggas, misalnya ayam dicampur entok, bebek dan lainnya itu sangat berisiko," kata dia. 

Menurutnya, jika ada temuan unggas mati, jangan divaksin karena akan memperparah. Yang bisa dilakukan adalah melakukan biosecuriti dengan disinfeksi kandang, semprot kandang dengan disinfektan, unggas diberi ramuan herbal untuk meningkatkan kekebalannya, dan jangan keluar masuk unggas dulu. 

"Kondisi seperti itu mungkin peternak panik dan menjual murah unggasnya daripada mati, tapi secara tidak langsung dia ikut menyebarkan penyakit lewat bakul. Pada kondisi seperti ini harusnya ada kearifan lokal untuk lokal wisdom untuk tidak ikut menyebarkan lah," tandas dia. 

Diakuinya, untuk unggas lokal seperti ayam kampung, entok, dan sebagainya yang pola pemeliharannya masih belum intensif agak sulit untuk pengendaliannya. 

"Untuk di farm-farm komersil seperti di ayam petelur, ayam pedaging, yang sudah termanage dengan manajemen kandang yang bagus ya lebih mudah kita kontrolnya. Yang susah ayam-ayam kampung, yang paling susah dari dulu pemberantasan flu burung sebenarnya di situ," ujar dia. 

Ia mengatakan, flu burung sudah menjadi penyakit endemis, sehingga akan sulit untuk bisa bebas dari penyakit ini. Maka tak heran, flu burung muncul setiap tahunnya.

"Kecuali ada aturan, semua unggas yang diliarkan menjadi milik bersama, sehingga ada Perdes. Ada beberapa desa yang sudah seperti itu, kalau tidak seperti itu memang sulit pengendaliannya," katanya. 

Dia mengimbau warga untuk tidak menjual unggasnya yang diduga terserang penyakit flu burung. Sebab, jika dijual itu akan menjadi sarana penyebaran flu burung ke daerah lainnya. 

Kategori :