*Pembelajaran di SMP N 9 Pekalongan
KOTA - Pandemi Covid-19 yang berdampak pada tidak adanya kegiatan belajar mengajar di sekolah, justru membuat guru-guru di SMP N 9 Kota Pekalongan bekerja lebih keras. Sesuai arahan pemerintah, sekolah harus memberikan tugas kepada siswanya meski tak ada kegiatan belajar mengajar. Salah satu alternatifnya adalah memberikan tugas dengan sistem online.
Namun kondisi sebagian siswa di SMP N 9 yang berasal dari keluarga tidak mampu, menjadi kendala selanjutnya. Di sekolah tersebut, hanya 50% sampai 60% siswa atau orang tua siswa yang memiliki smartphone. Belum lagi kendala tidak memiliki kuota internet bagi mereka yang memiliki smartphone, juga menyulitkan pemberian tugas bagi siswa.
Atas kondisi tersebut, demi tetap berjalannya kegiatan pembelajaran dan pendampingan bagi siswa maka seluruh guru diterjunkan langsung untuk menyambangi rumah siswa yang tak bisa mengakses tugas secara online.
"Di sini hanya 50% sampai 60% siswa atau orang tua siswa yang memiliki smartphone android. Kalau punya pun mungkin ada yang tidak punya kuota internet. Ini jadi kendala utama kami jika akan memberikan tugas lewat sistem online. Jadi kalau yang tidak punya smartphone android kami lakukan secara manual. Orang tua siswa kami minta mengambil ke sekolah," jelas Kepala SMP N 9, Dwiani Arbiyanti saat memaparkan kegiatan pembelajaran online kepada anggota Komisi C DPRD Kota Pekalongan kemarin.
Kendala selanjutnya, sebagian besar orang tua siswa merupakan pekerja. Yang mungkin sibuk pada jam-jam aktif sehingga tidak sempat mengambil tugas ke sekolah. "Jadi akhirnya guru-guru lah yang menyambangi ke rumah-rumah siswa untuk memberikan tugas dan mengambilnya lagi," kata Dwiani.
Namun dia menyatakan, seluruh guru di SMP N 9 bersedia dan mampu diajak bekerjasama walaupun mereka dituntut untuk berfikir dan mengeluarkan tenaga ekstra. "Yang kami inginkan agar siswa tetap mendapatkan pendampingan dan pembelajaran kepada mereka juga tidak terputus meskipun di tengah kondisi yang seperti ini dan terdapat banyak kendala," tambahnya.
Termasuk dalam kegiatan Penilaian Tengah Semester (PTS) yang lalu. Ada sebanyak 21 anak yang tidak bisa mengambil tugas ke sekolah. AKhirnya panitia memutuskan untuk mengantarkan tugas ke rumah siswa. "Ya walaupun masih ada 1 atau 2 tugas yang belum terkumpulkan tapi secara keseluruhan dengan kerjasama yang baik alhamdullillah semuanya berjalan lancar," tambahnya.
Ketua Komisi C, Makmur S Mustofa mengatakan bahwa banyak kendala yang dimiliki siswa atau orang tua siswa untuk mengakses tugas online. "Di sini ternyata hanya 50% sampai 60% siswa atau orangtuanya yang punya smartphone android. Sehingga jelas kalau lewat online ini tidak maksimal," katanya.
Sehingga kemudian para guru lebih aktif untuk menyambangi murid demi menyampaikan pendampingan, pembelajaran maupun tugas bagi siswa. "Sehingga tadi saya sampaikan agar pembelajaran ini dijalankan sebisanya, jangan dipaksakan. Yang terpenting ada komunikasi anatar guru dengan siswa atau orang tua siswa untuk memantau agar mereka tetap bisa belajar meski tidak masuk sekolah," tandasnya.(nul)