Dari 17 SPPG di Batang yang Sudah Beroperasi, Ternyata Baru 6 Kantongi Sertifikat SLHS
Kepala Dinkes Batang Ida Susilaksmi mengungkapkan baru 6 SPPG yang mempunyai sertifikat SLHS.-Dony Widyo -
BATANG - Sebanyak 11 dari 17 Satuan Pelaksana Pemenuhan Gizi (SPPG) program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang sudah beroperasi di Kabupaten BATANG, ternyata belum mengantongi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS).
Padahal sertifikat ini merupakan syarat wajib dari Kementerian Kesehatan bagi dapur penyedia makanan program MBG demi menjamin kualitas dan keamanan pangan yang disajikan kepada masyarakat.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Batang, dr Ida Susilaksmi, menguatkan bahwa hingga saat ini pihaknya baru mengeluarkan sebanyak enam sertifikat SLHS.
"Untuk SPPG di Kabupaten Batang yang sudah mempunyai SLHS hingga hari ini baru enam, dan ada beberapa yang baru berproses," ungkap dr Ida Susilaksmi ditemui usai apel peringatan Hari Kesehatan di halaman kantor Dinas Kesehatan setempat, Rabu 12 November 2025.
BACA JUGA:Bupati Batang akan Minta BGN Cabut Izin SPPG Jika Makanan yang Disajikan Jadi Penyebab Keracunan
Ida menjelaskan, keenam SPPG yang sudah mengantongi sertifikat SLHS antara lain, Kauman 1 dan 2, Kasepuhan, Lebo Gringsing, Polres Batang dan Karanganom. Sedangkan sisanya masih dalam proses pengajuan, namun sudah running atau beroperasi melayani program MBG.
"Untuk mengeluarkan SLHS, kita harus melakukan peninjauan lapangan terlebih dahulu, guna melihat kondisi bangunan SPPG. Jadi meskipun dikejar-kejar, namun kita tidak bisa begitu saja sertifikat tersebut tanpa didukung data lapangan," terang dr Ida didampingi Kepala Seksi Surveilans, Imunisasi, dan KLB Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Batang, Khairunisa.
Lebih lanjut dijelaskan, untuk mencapai sertifikat SLHS ada aturan-aturannya. Mulai dari tempatnya, fasilitasnya, penyimpanan, pengolahan dan beberapa pendukung lainnya.
"Harapan kami semua SPPG bisa memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan dan mematuhinya. Selain itu juga selalu melakukan evaluasi secara berkala, karena bisa jadi saat dilakukan pemeriksaan sudah memenuhi persyaratan, namun dalam perjalanan ada masalah. Karena itu, kami selalu menekankan pada SPPG untuk mentaati SOP yang telah ditentukan," beber Ida Susilaksmi.
Ditambahkan, SPPG juga diminta untuk memperhatikan segala aspek sudah mulai penyiapan, pengolahan hingga pendistribusian makanan. Pasalnya, makanan yang sudah bagus mulai bahan baku hingga pengolahan dan penyiapan bagus, namun karena pendistribusian salah, maka bisa timbul masalah.
"Semakin lama pendistribusian makanan dan waktu makannya, maka munculnya bakteri semakin besar. Karena itu, kami selalu menekankan agar makanan panas jangan langsung ditutup, karena akan membuat makanan cepat basi. Selain itu, kami juga selalu menekankan agar selalu menjaga kualitas air bersihnya," tandas Ida.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

