Disway award
iklan banner Honda atas

Serunya Siswa Kelas 5D MI Walisongo Kranji 02 Jadi Detektif Cilik

Serunya Siswa Kelas 5D MI Walisongo Kranji 02 Jadi Detektif Cilik

--

KRANJI, RADARPEKALONGAN.CO.ID – Siapa bilang belajar sains harus selalu duduk diam dan mencatat di buku tulis? Siswa kelas 5D di MI Walisongo Kranji 02 membuktikan bahwa pelajaran bisa jadi seru, menegangkan, bahkan terasa seperti masuk ke dunia film detektif! Dalam pembelajaran IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial) bertema sistem pencernaan manusia, para siswa diajak menyelidiki sebuah kasus pembunuhan misterius yang terjadi di sebuah kafe, lengkap dengan berkas penyelidikan, alat bukti, dan unsolved case file layaknya detektif profesional.

Pada hari itu, ruang kelas 5D disulap menjadi kantor investigasi dadakan. Di atas meja mereka terdapat sebuah amplop coklat bertuliskan “UNSOLVED CASE" isinya bukan soal ulangan biasa, melainkan dokumen lengkap kasus pembunuhan fiktif di sebuah kafe yang menewaskan seorang perempuan bernama Wayan Mirna. Tugas para siswa untuk mengungkap bagaimana korban bisa meninggal setelah meminum kopinya, dan mengapa zat beracun seperti sianida bisa mematikan.

“Awalnya saya pikir bakal belajar dari buku, tapi ternyata kami disuruh jadi detektif! Saya jadi semangat banget,” ujar Sania, salah satu siswi antusias yang bertugas menganalisis hasil otopsi korban.

Guru IPAS kelas 5D, Bu Alfi , mengungkapkan bahwa metode ini dirancang agar siswa bisa memahami fungsi organ pencernaan serta cara kerja zat beracun dalam tubuh manusia dengan cara yang menyenangkan dan kontekstual.

“Kasus ini terinspirasi dari kasus nyata kopi sianida, kronologi kejadian dan pelakunya sebenarnya fiktif. Walaupun fiktif, tapi saya rancang berdasarkan logika sains yang sesungguhnya. Racun sianida, misalnya, memang bisa masuk ke tubuh lewat makanan dan menghentikan kerja sistem pernapasan dan pencernaan. Dengan memecahkan kasus ini, anak-anak belajar bahwa tubuh kita adalah sistem yang sangat terorganisir dan berbahaya jika terkontaminasi racun,” jelasnya.

Dalam berkas yang diberikan guru, siswa disuguhkan kronologi sebuah insiden yang terjadi di sebuah kafe. Seorang perempuan bernama Wayan Mirna tiba-tiba tumbang setelah meminum minuman favoritnya. Beberapa menit kemudian ia kejang kejang, dan tak lama dinyatakan meninggal dunia. Hasil forensik awal menyebutkan adanya indikasi keracunan dan racun yang terdeteksi adalah sianida, zat beracun mematikan yang bisa membunuh manusia dalam hitungan menit jika masuk ke sistem pencernaan.

Setiap kelompok bertindak sebagai tim investigasi. Mereka harus mempelajari laporan otopsi, daftar makanan yang dikonsumsi korban, posisi duduk para tamu di kafe, hingga wawancara saksi-saksi yang sudah ditulis dalam gaya narasi investigatif. Semua materi itu disusun oleh guru IPAS, Bu Alfi, dalam format menyerupai berkas kepolisian, lengkap dengan identitas korban, kronologi kejadian, dan hasil laboratorium sederhana. Semua dilakukan sambil tetap berpedoman pada materi pelajaran IPAS yang relevan.

“Melalui pendekatan ini, saya ingin anak-anak tidak hanya tahu nama organ tubuh, tapi benar-benar memahami fungsi dan kerentanannya jika terpapar zat berbahaya,” ungkap Bu Alfi, yang juga merancang skenario kasus secara rinci agar tetap sesuai dengan fakta ilmiah dan kompetensi dasar dalam Kurikulum Merdeka.

Dalam kasus ini, para siswa harus menjelaskan bagaimana racun sianida bekerja. Dengan bimbingan guru, mereka mengetahui bahwa racun tersebut menyerang enzim penting dalam sel, menghentikan proses produksi energi, dan menyebabkan kegagalan pada sistem pernapasan dan sirkulasi yang semuanya terhubung dengan sistem pencernaan karena masuknya racun melalui makanan.

“Kalau makanan masuk ke lambung lalu ke usus, terus kalau ada racun, dia bisa langsung diserap ke darah dan merusak organ lainnya,” jelas Sania, salah satu siswa yang tampak serius mencatat jalur masuk sianida ke tubuh korban.

Pendekatan inquiry based learning seperti ini membuktikan bahwa anak-anak bisa belajar dengan cara aktif dan menyenangkan. Mereka tidak hanya menghafal fungsi lambung, usus, dan hati, tapi juga menghubungkannya langsung dengan kondisi nyata, misalnya bagaimana racun tertentu bisa menyerang lambung atau hati terlebih dahulu.

“Saya jadi tahu kalau racun bisa bikin sistem pencernaan rusak. Dan ternyata lambung itu sangat penting buat cerna makanan!” kata Hafiz, siswa lainnya, dengan mata berbinar.

Kegiatan ini juga melatih karakter kemandirian, kerjasama tim, serta berpikir kritis nilai-nilai yang sangat penting dalam Kurikulum Merdeka.

Apa yang dilakukan kelas 5D adalah contoh kecil bagaimana guru bisa berinovasi dengan pendekatan sederhana, tapi berdampak besar. Tanpa harus memakai teknologi canggih, pembelajaran ini cukup mengandalkan kreativitas: berkas investigasi yang didesain mirip dokumen polisi, alat bukti yang dibuat dari kertas dan gambar, serta skenario cerita yang menggugah rasa penasaran.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: