Sumur Tercemar Limbah, Warga Terpaksa Beli Air Bersih

Sumur Tercemar Limbah, Warga Terpaksa Beli Air Bersih

BUARAN - Sebagian warga Kelurahan Simbangkulon, Kecamatan Buaran, Kabupaten Pekalongan, terpaksa mengeluarkan biaya tambahan untuk beli air bersih akibat sumur mereka tercemar limbah.

Setiap harinya, warga terdampak limbah batik ini paling tidak harus membeli empat galon air isi ulang untuk memenuhi kebutuhan masak dan minumnya.

"Saya beli air galon untuk kebutuhan masak dan minum. Untuk mencuci masih pakai air sumur, namun airnya harus didiamkan dulu baru untuk mencuci," terang salah satu warga Simbangkulon, Misbahudin (40), kemarin siang.

Ia membeli empat galon air isi ulang setiap harinya. Per galon air isi ulang harganya Rp 5 ribu. Jadi setiap hari ia terpaksa mengeluarkan biaya tambahan Rp 20 ribu untuk memenuhi kebutuhan air bersih paska sumurnya tercemar limbah. "Ya terasa berat juga kalau tiap hari harus beli air bersih," ungkap dia.

Untuk itu, ia menyampaikan terima kasih kepada pemda yang telah mensuplai air bersih untuk warga terdampak limbah di kelurahannya. Ia berharap bantuan itu bisa rutin selama persoalan pencemaran limbah belum teratasi.

"Ini sangat membantu sekali untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga di sini," ujar dia.

Krisis air bersih terjadi sejak pembangunan proyek penataan wilayah Kotaku dilaksanakan di kelurahan itu. Kondisi kian parah saat musim hujan. Air banjir yang tercemar limbah batik masuk ke rumah dan sumur.

"Kurang lebih sudah tiga bulan sejak musim hujan datang. Sejak bulan Desember sudah mulai ada pencemaran sumur," terang dia.

Relawan PMI Kabupaten Pekalongan, Intoko Yuda, menyampaikan, PMI bersama BPBD dan PDAM Kabupaten Pekalongan mulai mensuplai air bersih di Simbangkulon, kemarin.

Air bersih sebanyak 5 ribu liter dan 4 ribu liter didropping di kelurahan tersebut.

"Kita ada dua titik di Simbangkulon. Suplai seminggu dua kali untuk memenuhi air bersih di Simbangkulon. Ini masih sesuai kebutuhan mereka dulu. Nanti kalau permintaannya banyak akan kita jatah. Ini pertama kalinya," katanya.

Lurah Simbangkulon, Maladi, mengatakan, dari hasil cek lapang, ditemukan ada dua titik di Gang 3 dan Gang 4 yang pembangunan salurannya belum tuntas, sehingga limbah dari rumah tangga yang bercampur dengan limbah batik meluap ke sumur warga.

Dikatakan, agar aliran limbah dari rumah tangga dan limbah batik lancar, maka penanganan yang harus segera dilakukan adalah penyelesaian proses pembangunan di dua titik tersebut.

"Di Gang 4 pembuatan bak kontrol 1 unit, candle trap 1 unit. Sedangkan di Gang 3 pembuatan candle trap 1 unit," terang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: