Mengejutkan! Pada Tahun 2035, 80% Wilayah Kota Pekalongan Tergenang Banjir Rob
Advocacy Specialist & Program Manager Zurich Flood Resilience Alliance Mercy Corps Indonesia, Denia Aulia Syam (kiri) dan Governance Specialist Program Zurich Flood Resilience Alliance Mercy Corps Indonesia, Arif Gandapurnama (kanan) berbincang tenang kon--
KOTA PEKALONGAN – Ini data mengejutkan bagi warga Kota Pekalongan dan sekitarnya. Pada tahun 2035, 80% wilayah Kota Pekalongan dipastikan tergenang banjir rob sepanjang waktu.
Data tersebut di atas merupakan kolaborasi penelitian antara lembaga Mercy Corps bersama dengan dua perguruan tinggi ternama, Universitas Diponegoro (Undip) Semarang dan IPB University Bogor.
Menurut Advocacy Specialist & Program Manager Zurich Flood Resilience Alliance Mercy Corps Indonesia, Denia Aulia Syam, kolaborasi bersama dua perguruan tinggi di atas, Mercy Corps menganalisis resiko dan akibat perubahan iklim di wilayah Pekalongan raya. Lebih khusus lagi, kajian diarahkan di daerah aliran sungai (DAS) Kupang dan pesisir pantai utara Jawa.
Dalam pandangan Denia, ada beberapa data menarik yang cukup mengejutkan dari hasil penelitian tersebut. Pada tahun 2020, sebanyak 1.870 hektar luas Kota Pekalongan telah mengalami genangan rob secara permanen.
Sepanjang tahun daerah tersebut terus-menerus terpapar banjir rob.
Menurut Denia, air yang tergenang pun lambat laun bergeser ke wilayah ke arah selatan, dan ini artinya permukaan air laut bertambah tinggi dan daratan makin turun.
“Kami memprediksi sesuatu bakal terjadi di Kota Pekalongan. Pada tahun 2035, 80% daerah Kota Pekalongan pelan tapi pasti akan tertutup oleh banjir rob secara sepanjang waktu ,” tutur Denia.
Dampak banjir rob yang parah ini adalah akibat dari penanganan yang dilakukan tidak cepat. Setelah benar-benar parah baru dilakukan penanganan.
Genangan rob ini telah terjadi dari tahun 2007. Hanya saja, penanganan atas musibah ini baru dilakukan tahun 10 tahun kemudian.
Karakteristik geografis permukaan tanah Kota Pekalongan pun sangat khas. Daerah ini dibentuk oleh tanah alluvial atau tanah endapan yang belum sempurna dan belum padat.
Di sisi lain, aktivitas permukaan tanah di sini sangat sibuk dan berat. Baik dengan dibangunnya gedung-gedung yang tinggi maupun beratnya beban jalan Pantura yang dilewati kendaraan besar yang bermuatan overload.
Tanah yang belum padat, harus diintervensi oleh aktivitas permukaan tanah yang berat. Kedua penyebab tersebut menjadikan tanah di Kota Pekalongan sangat labil dan muka tanah mudah sekali untuk turun.
Hasil penelitian dengan dua perguruan tinggi tadi, tingkat penurunan muka tanah (land subsidence) Kota Pekalongan, rata-rata turun sampai 16,5 cm per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: