Patahan Weleri Dinilai Berisiko Rendah, Tak Membuat Bangunan Roboh, Tapi Warga Tetap Harus Waspada

Patahan Weleri Dinilai Berisiko Rendah, Tak Membuat Bangunan Roboh, Tapi Warga Tetap Harus Waspada

Kepala Pelaksana BPBD Batang Ulul Azmi menyampaikan edukasi penanggulangan bencana, di GOR SMAN 1 Subah, Kabupaten Batang, Jumat (17/3/2023).--

Batang - Patahan Weleri yang membentang dari Desa Kuripan, Kecamatan Subah hingga Desa Krengseng Kecamatan Gringsing, diyakini memiliki potensi gempa dengan tingkat risiko rendah.

Meski demikian, masyarakat harus tetap waspada dalam menghadapi kemungkinan yang terjadi.

"Masyarakat, terutama generasi muda harus memahami kerawanan gempa yang mungkin terjadi terkait adanya Patahan Weleri, sehingga bila terjadi sesuatu, mereka sudah siap," ujar Kepala Pelaksana BPBD Batang Ulul Azmi usai menyampaikan edukasi penanggulangan bencana, di GOR SMAN 1 Subah, Kabupaten Batang, Jumat (17/3/2023).

Ulul mengungkapkan, hingga saat ini belum pernah terjadi gempa yang diakibatkan patahan Weleri. Kalau pun sampai terjadi, skalanya rendah yakni di angka 3.

"Dampak yang dirasakan akibat gempa dengan skala 3 hanya getaran kecil, seperti jalan raya yang sedang dilewati truk bertonase besar. Sehingga masyarakat tidak perlu khawatir, karena patahan tersebut tidak akan menyebabkan gempa yang dapat merobohkan bangunan," jelas Ulul Azmi.

Pada acara itu sendiri, ratusan pelajar dari jenjang SMA/SMK sederajat mendapatkan edukasi seputar penanggulangan bencana yang rawan terjadi. Seperti banjir, tanah longsor hingga gempa bumi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Batang, BPBD Jateng dan PMI Jateng.

Lebih lanjut Ulil Azmi menjelaskan, untuk menjawab tantangan dan modernisasi di dunia informasi, khususnya seputar kebencanaan, BNPB telah menyiapkan aplikasi InaRISK.

Aplikasi ini berisi informasi tingkat ancaman dan risiko bahaya bencana hingga cara penanggulangannya sebelum hingga saat bencana terjadi. Juga tingkat bahaya suatu wilayah, dilengkapi dengan rekomendasi aksi untuk melakukan antisipasi secara partisipatif.

"Dengan adanya aplikasi ini diharapkan masyarakat bisa memahami potensi bencana, sehingga akan lebih siap untuk menghadapinya," tandasnya.

Sementara itu, Ketua PMI Jawa Tengah, Sarwa Pramana mengungkapkan, warga harus tetap waspada adanya gas beracun di  Kawah Timbang Dieng yang masuk wilayah Batang, dan Kawah Sileri Banjarnegar. 

"Warga di area tersebut harus dilatih mitigasi supaya lebih siap menghadapi kerawanan bencana yang terjadi,” tegasnya.

Ditambahkan, untuk mengantisipasi terjadinya bencana, lembaga pendidikan harus menerapkan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB), sesuai Surat Keputusan Kemendikbud. 

"Diantaranya dengan membuat Tim Reaksi Cepat dan menentukan titik kumpul apabila terjadi bencana," pungkas Sarwa Prawana. (don)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: