Bagaimana Kaitan Kurikulum Merdeka Belajar Dengan Budaya Tingkah Laku Siswa

Bagaimana Kaitan Kurikulum Merdeka Belajar  Dengan Budaya Tingkah Laku Siswa

Syahidatun Nafilah.--

Fenomena tingkah laku siswa

Kemajuan teknologi dibidang pendidikan memang menjadi faktor pendorong keberhasilan mencapai tujuan kurikulum yang berlaku. Contohnya dengan adanya media pembelajaran seperti power points, tentu memudahkan guru dalam menjelaskan materi pembelajaran pada anak peserta didik. 

Namun, mengikuti perkembangan zaman teknologi banyak memberikan dampak buruk bagi peserta didik, terkhusus pada jenjang pendidikan sekolah dasar yang mana mereka belum bisa memilah mana yang salah dan benar, mereka hanya mengikuti arus sosial media yang mengacu pada keviralan di dunia maya.

Terlepas dari itu, kebiasaan berkata kasar kini sering mereka lontarkan pada teman sebayanya. Terlebih lagi ketika mereka memainkan game beramai ramai, perkataan mereka kini tak lagi bisa di kontrol. Hal tersebut merupakan dampak negatif dari perkembangan teknologi yang ada di zaman sekarang.

Fungsi dan peranan dalam mengarahkan tingkah laku siswa

Fungsi dan peranan kurikulum dalam kehidupan bersosial adalah mendidik, membina, dan mempengaruhi tingkah laku siswanya agar sesuai dengan norma moral yang berlaku di lingkungan sekitar.

Dalam permasalahan yang dibahas sebelumnya, dapat kita terapkan bahwa kurikulum mempunyai fungsi dan peranan agar siswanya terhindar dari dampak negatif kemajuan teknologi di kehidupan modern ini. Dengan demikian, sebisa mungkin dalam kebijakan kurikulum memberikan pendidikan yang membudayakan tingkah laku dengan moral yang baik dalam bersosialisasi dengan siapapun. 

Dalam pendidikannya, para siswa diarahkan agar mampu berfikir secara logis dan berasumsi secara benar, agar hasil pemikiran mereka menghasilkan tingkah laku yang selaras dengan norma lingkungan sekitar.

Pentingnya edukasi unggah ungguh dalam kebijakan kurikulum merdeka belajar

Kebijakan-kebijakan dalam kurikulum baru ini, yakni Kurikulum merdeka belajar diharapkan mampu terlaksana dengan baik yang nantinya menghasilkan kualitas diri yang baik bagi siswanya. Dalam mengahadapi permasalahan yang sebelumnya telah kita bahas mengenai pemerosotan budaya tingkah laku siswa, kita dapat memanfaatkan budaya lingkungan sekitar kita yang nantinya akan diterapkan secara mendalam pada mata pelajaran khusus. 

Contohnya dengan diterapkannya mata pelajaran kedaerahan dimana didalamnya mengarahkan siswa pada nilai tata Krama yang tinggi dengan unggah ungguh yang masih tradisi. Dalam beberapa daerah dapat menggunakan budaya kedaerahan masing-masing.

Pada daerah pulau Jawa, dalam kurikulum dapat menerapkan pembelajaran Bahasa Jawa yang ajaran tata kramanya tak perlu ditanyakan lagi, unggah ungguh turun termurun yang akan diajarkan pada peserta didik, dapat membantu mengurangi resiko pemerosotan budaya tingkah laku siswa.

Didalamnya mengajarkan bagaimana kita berperilaku maupun bertutur kata kepada orang tua, guru, maupun teman-teman sebaya yang berkemungkinan dapat membawa perilaku negatif. Pengajaran itulah yang akan tertanam sebagai kebiasaan menghormati manusia lain, sehingga mereka tidak semena-mena berbuat sesuatu pada orang lain.

Dengan dipadukannya kebijakan kurikulum yang mengarahkan siswa agar berpikir dengan logis, serta ajaran unggah ungguh dalam mata pelajaran bahasa Jawa yang dapat membantu mendorong budaya tingkah laku siswa agar melestarikan unggah ungguh. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: