Jalan di Puncak Petungkriyono Bak Kali Asar
KERJA BAKTI - Warga Desa Simego, Kecamatan Petungkriyono, hampir rutin melakukan kerja bakti untuk menata bebatuan yang lepas agar akses jalan di desa itu lebih nyaman untuk dilalui.-Hadi Waluyo-
"Itu akses utama warga Simego untuk ke kecamatan maupun ke Kalibening (Banjarnegara). Akses ekonomi, pendidikan, kesehatan. Pokoknya akses utama semuanya," ujar dia.
Disebutkan, pada tahun 2015 sebenarnya sudah ada perbaikan jalan di Simego. Namun diduga aspal jelek dan curah hujan tinggi, setahun kemudian jalan itu rusak lagi.
"Sampai sekarang masih rusak, bahkan rusaknya semakin parah," keluh dia.
Oleh karena itu, sopir, warga yang mempunyai mobil, dan warga setempat iuran untuk beli semen dan pasir. Jalan yang dinilai paling parah dibeton. "Betonnya juga baru sedikit. Itu yang di medsos warga kerja bakti. Batu-batu yang sudah pada lepas ditata kembali terus dibeton," ungkapnya.
Dengan kondisi jalan yang buruk, jika ada ibu hamil akan melahirkan sangat krusial. "Jika akan melahirkan harusnya dibawa ke faskes di Puskesmas Petungkriyono. Kesulitannya di situ. Ketika kita harus menyelamatkan nyawa ke Petungkriyono kita takut, makanya kita bawa ke Kalibening, ke tetangga sebelah. Rata-rata yang sakit juga banyak yang ke PKU, Puskesmas Kalibening, atau RSUD Banjarnegara. Banyak yang ke sana," katanya.
Untuk pendidikan, anak-anak SD dan SMP pada pagi hari diantar orang tuanya. Siang hari dijemput. Di situ, sudah ada SMP Satu Atap. Dengan kondisi jalan yang rusak, risiko terjatuh atau tergelincir jadi tantangan sehari-hari warga setempat.
"Itu bagian dari risiko kita karena jalannya seperti itu," katanya.
Ditambahkan, dengan akses jalan yang buruk, harga-harga produk di desa itu menjadi lebih mahal. Karena ongkos transportasinya lebih mahal. "Harga-harga lebih mahal karena akses jalan buruk. Belanja ke Kalibening, ongkosnya sendiri sudah mahal. Naik doplak Rp 20 ribu perorang. Itu belum bawa barang," katanya.
Namun, harga jual produk pertanian di desa itu lebih murah dibandingkan di desa sebelah yang akses jalannya lebih baik. "Kalau kita jual kayak si tengkulak alasannya jalan rusak, perkilonya itu selisihnya hampir 1000. Misal di Gumelem, kentang Rp 9 ribu, di sini cuma Rp 8 ribu. Padahal, harga pupuk dan obat-obatan di sini lebih mahal," imbuhnya. (had)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: