Heboh Pungutan Siswa di SMPN 1 Subah, Komite Sekolah: Pengadaan Gamelan Masih Sekedar Wacana
![Heboh Pungutan Siswa di SMPN 1 Subah, Komite Sekolah: Pengadaan Gamelan Masih Sekedar Wacana](https://radarpekalongan.disway.id/upload/44eb1c227c7d3b1e592418487d5ca281.jpg)
TUNJUKKAN - Komite SMPN 1 Subah Batang saat menunjukkan Notulensi rapat pertemuan dengan orang tua. -Radar Pekalongan/Novia Rochmawati -
BATANG, RADARPEKALONGAN - Isu pengutan liar di SMPN 1 Subah Batang terkait pengadaan gamelan senilai Rp100 Juta mencuat di salah satu akun media sosial. Hal ini pun menjadi buah bibir netizen Batang sejak Rabu (26/7/2023).
Dalam postingan yang diunggah seorang netizen di akun @batanginfo.id tersebut, sekolah disebut meminta iuran dari wali murid dengan tempo 4 bulan untuk pengadaan gamelan.
Menanggapi hal tersebut, Perwakilan Komite SMPN 1 Subah, Yuni Supriyantoro dan Mirza membantah adanya pungutan liar tersebut. Menurutnya pengadaan tersebut masih sebatas wacana yang disosialisasikan kepada wali murid, seperti program tahunan sekolah sebelumnya.
Wacana tersebut pun belum final disetujui, sehingga kabar tentang iuran yang harus dilunasi dalam tempo 4 bulan itu tidak benar. Dimana hal tersebut juga tidak tercatat dalam notulensi pertemuan yang digelar.
"Memang benar dalam pertemuan dengan wali murid kami sampaikan angka Rp100 Juta itu masih sekadar estimasi, perkiraan saja. Sehingga hal tersebut kami sampaikan di pertemuan untuk meminta pendapat wali murid terkait pengadaan tersebut," imbuhnya sembari menunjukkan catatan notulensi pertemuan dengan orang tua.
Pihak komite sebagai inisiator progam pengadaan gamelan ini kaget ketika kabar ini viral di media. Terlebih saat ini status program masih sebatas wacana dan belum dibicarakan lebih lanjut.
"Padahal maksud kami itu baik, karena kami melihat potensi SMPN 1 Subah sebagai sekolah Berbasis Budaya yang harus didukung. Apalagi minat berkesenian Jawa dari para siswa juga tinggi," imbuhnya.
Sebelumnya SMPN 1 Subah sendiri dipilih menjadi Sekolah Berbasis Budaya oleh Disdikbud Batang. Sehingga sekolah tersebut punya visi misi untuk turut melestarikan budaya lokal. Dimana salah satu aktivitas yang dihadirkan adalah ekstrakurikuler gamelan.
"Selama ini mereka hanya latihan dengan menggunakan aplikasi berbasis android dan meminjam fasilitas gamelan desa Kemiri Barat. Karena antusias mereka tinggi, kami dari Komite pun tergerak untuk memajukan ekstra kulikuler gamelan ini dengan pengadaan gamelan," imbuhnya.
Yuni yang juga warga Desa Kemiri Barat ini meyakini, hadirnya SMPN 1 Subah sebagai sekolah berbasis budaya perlu didukung peranan masyarakat. Pasalnya banyak anak-anak lulusan SD yang menggemari kebudayaan Jawa seperti gamelan, melanjutkan pendidikan mereka di SMPN 1 Subah.
"Banyak diantara mereka yang dari SD sudah kenal gamelan melanjutkan ke SMPN 1 Subah untuk mendalami gamelan. Padahal selama ini, kegiatan gamelan di SMPN 1 Subah masih menumpang alat milik Desa Kemiri Barat," imbuhnya.
Dengan adanya kejadian ini, pihaknya akan mengurungkan pengadaan tersebut. Dan berharap nantinya bantuan gamelan tersebut bisa dihadirkan oleh Pemerintah Daerah ataupun dari pihak lain.
"Sebenarnya keinginan ini sudah ada sedari tahun 2020 sebelum merebaknya covid-19. Namun melihat kondisi ini, kami mungkin akan menunggu bantuan dari pemerintah atau pihak-pihak terkait saja. Padahal kami berharap sebagai perwakilan masyarakat, kami ingin turut membantu untuk memajukan sekolah, khususnya ekskul gamelan," ujar Yuni.
Selanjutnya, atas saran Disdikbud Batang, pihaknya akan mengurungkan niat ini. Dan akan segera mendistribusikan surat pembatalan rencana program pengadaan alat gamelan. (Nov)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: