Buruknya Jalan di Pegunungan Pekalongan, Ibu Melahirkan di Mobil saat Dibawa ke Rumah Sakit

Buruknya Jalan di Pegunungan Pekalongan, Ibu Melahirkan di Mobil saat Dibawa ke Rumah Sakit

Masyarakat Desa Songgodadi, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, kerja bakti ngecor jalan kabupaten yang rusak agar bisa dilalui kendaraan.-Hadi Waluyo-

KAJEN,RADARPEKALONGAN - Akibat buruknya jalan di pegunungan Pekalongan, pernah ada kejadian ibu melahirkan di mobil saat dibawa ke rumah sakit.

Kondisi jalan di pegunungan Kabupaten Pekalongan memang belum semuanya bagus. Masih banyak jalan rusak di wilayah atas tersebut, bahkan kerusakannya cukup parah.

Padahal, jalan kabupaten di wilayah pegunungan ini merupakan akses utama bagi masyarakat setempat. Baik itu akses pendidikan, ekonomi, hingga akses kesehatan warga.

Salah satu ruas jalan kabupaten di wilayah pegunungan yang rusak parah ialah ruas Curugmuncar-Songgodadi di kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan.

Jalan di wilayah ini banyak berupa aspal mengelupas hingga bebatuan terjal. Padahal, medannya berupa tanjakan dan turunan ekstrem.

Baca juga:Gerakan Semen Rakyat Jilid 2, Warga Songgodadi Swadaya Perbaiki Jalan Kabupaten yang Rusak

Tokoh masyarakat Desa Songgodadi, Daslam, Kamis, 31 Agustus 2023, menuturkan, dengan kondisi jalan yang rusak, akses kesehatan menjadi sulit.

Jika ada ibu akan melahirkan, maka jauh hari sebelum hari penentuan lahir (HPL) harus sudah dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat.

Saking buruknya jalan, kata dia, pernah ada ibu akan melahirkan yang dibawa ke rumah sakit lahiran dulu di mobil di tengah perjalanan ke rumah sakit. 

"Ibu melahirkan akan kesulitan. Banyak kejadian ibu akan melahirkan mulai terasa dibawa ke rumah sakit ya ada yang pernah kelahiran di jalan karena susahnya akses jalan," terang dia.

Akses jalan rusak ikut memengaruhi harga di daerah itu. Biaya angkut jadi mahal. Harga-harga pun ikut mahal. Namun, harga jual hasil pertanian dari wilayah ini rendah.

Baca lagi:Anak-anak Sekolah di Pegunungan Petungkriyono Tempuh Medan Esktrem ke Sekolah

Karena biaya transportasinya mahal, produk hasil bumi di desanya dihargai sangat murah. Ia mencontohkan, harga pisang di Doro satu tandan bisa Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu, namun di desanya hanya Rp 7500 sampai Rp 15 ribu.

"Untuk harga-harga sembako itu sudah menjadi keluhan masyarakat setiap hari. Sudah menjadi konsumsi tiap hari akhirnya tidak ada ngeluh lagi, karena ngeluh pun ndak ada gunanya," kata dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: